“SAYUTI MELIK”
|
Oleh :
|
Metta Dwi Yanti (22/XI.A.2)
Mita Renate (23/XI.A.2)
SMA NEGERI 1 BOYOLALI
Tahun Pelajaran 2015/2016
|
Nama :
Mohammad Ibnu Sayuti
Tempat Lahir :
Sleman, Yogyakarta
Lahir :
22 November 1908
Meninggal :
Jakarta, 27 Februari 1989 pada umur 80 tahun
Makam :
TMP Kalibata
Agama :
Islam
Pekerjaan :
Wartawan Politisi
Warga Negara :
Indonesia
B.
Biografi Sayuti Melik
Bung Karno
dan Bung Hatta memang merupakan actor dalam kemerdekaan Indonesia. namun saat
menandatangani naskah proklamasi, Bung Karno dan Bung Hatta menuliskan atas
nama bangsa Indonesia. dari situlah dapat diketahui jika perjuangan kemerdekaan
Indonesia dilakukan oleh berbagai pihak dan kalangan terutama oleh rakyat
Indonesia sendiri. Salah satu pejuang pendukung kemerdekaan adalah sayuti
Melik. Kebanyakan orang mengenal Sayuti Melik karena jasa beliau dalam mengetik
naskah proklamasi. Berdasarkan Biografi Sayuti Melik, beliau tidak hanya
berjasa sebagai pengetik naskah proklamasi. Masih banyak jasa beliau bagi
bangsa.
Nama asli
beliau adalah Mohammad Ibnu Sayuti. Beliau dilahirkan di Sleman 22 November
1908. Orang tuanya bernama Abdul Mu'in alias Partoprawito dan Sumilah. Istri
beliau bernama Soerastri Karma. Istri Sayuti Melik merupakan seorang aktivis
perempuan sekaligus wartawan. Dalam Biografi Sayuti Melik disebutkan pendidikan
beliau di mulai dari Sekolah Ongko Loro (SD) di Srowolan Solo hanya sampai
kelas 4 dan kemudian dilanjutkan di Yogyakarta. Sejak masih muda beliau
merupakan penulis yang mampu membuat belanda merasa terganggu, kisah hidup
Sayuti melik juga diwarnai dengan penahanan berkali-kali oleh Belanda. Beliau
juga pernah di buang di Boven Digul (1927-1933) karena dianggap terlibat dengan
PKI oleh Belanda. Selama satu tahun beliau juga pernah ditawan dan dipenjara di
Singapore, pada tahun 1937 beliau pulang ke Jakarta namun dimasukkan ke sel di
Gang tengah hingga 1938.
Beliau juga
mendirikan koran Pesat di semarang yang segala bagian redaksi hingga percetakan
dan penjualan beliau kerjakan sendiri bersama istrinya. Namun mereka tetap
tidak terlepas dari pengasingan. Selama menerbitkan koran tersebut, Sayuti
Melik atau istrinya bergantian keluar masuk penjara dan pengasingan. Hal itu
dikarenakan tulisan mereka yang tajam dan kritis. Pada kependudukan Jepang
tepatnya Putera didirikan, atas bantuan Bung Karno Sayuti Melik dan istrinya
dapat bersatu kembali. Selain aktif dalam dunia jurnalis, biografi Sayuti melik
juga menyebutkan bahwa dirinya juga menjadi anggota PPKI (Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia)
Sayuti melik
merupakan pemuda ataupun golongan tua yang sangat mendukung segera
diproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal 16 Agustus 1945, Seokarno
dan Hatta di culik dan dibawa ke Rengasdengklok. Penculikan tersebut bertujuan
untuk menyakinkan Bung Karno dan Bung Hatta segera menyatakan kemerdekaan
Indonesia, ketika Jepang sedang kalah dari sekutu. proklamasi. Setelah terjadi
kesepakatan akhirnya naskah proklamasi dirumuskan oleh Bung Karno dan Bung
Hatta di rumah Laksmana Muda Maeda. Biografi Sayuti melik menyatakan bahwa
dirinya dan sukarni menjadi sanksi dan membantu mereka dalam merumuskan
proklamasi. Atas usul Sayuti melik juga proklamasi ditanda tangani oleh Bung
Karno dan Bung Hatta atas nama bangsa Indonesia.
Karier
politik Sayuti Melik semakin berkembang. Beliau pernah menjabat sebagai anggota
Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP). Sedangkan pada masa orde baru karier
politik Sayuti Melik berkembang menjadi DPR pada tahun 1971 hingga 1977. Beliau
meninggal pada 27 Februari 1989. Penghargaan yang beliau dapat adalah Bintang
Mahaputra (1961) dan BIntang mahaputra Adiprana pada tahun 1973.
C.
Peran Dalam Kemerdekaan
Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) dibentuk 7 Agustus 1945 dan diketuai
oleh Ir. Soekarno, menggantikan Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia yang dibubarkan cepat. Anggota awalnya adalah 21 orang. Selanjutnya
tanpa sepengetahuan Jepang, keanggotaan bertambah 6 orang termasuk didalamnya
Sayuti Melik.
Pada
peristiwa Rengasdengklok, Sayuti Melik termasuk dalam kelompok Menteng 31, yang
berperan dalam penculikan Sukarno dan Hatta pada tanggal 16 Agustus 1945
(Peristiwa Rengasdengklok). Para pemuda pejuang, termasuk Chaerul Saleh,
Sukarni, dan Wikana, bersama Shodanco Singgih, salah seorang anggota PETA, dan
pemuda lain, membawa Soekarno (bersama Fatmawati dan Guntur yang baru berusia 9
bulan) dan Hatta, ke Rengasdengklok. Tujuannya adalah agar Ir. Soekarno dan
Drs. Moh. Hatta tidak terpengaruh oleh Jepang.
Pada saat
pembuatan konsep naskah proklamasi yang disusun oleh Bung Karno, Bung Hatta,
dan Achmad Subardjo di rumah Laksamana Muda Maeda. Wakil para pemuda, Sukarni
dan Sayuti Melik. Masing-masing sebagai pembantu Bung Hatta dan Bung Karno,
ikut menyaksikan peristiwa tersebut. Setelah selesai, dinihari 17 Agustus 1945,
konsep naskah proklamasi itu dibacakan di hadapan para hadirin. Namun, para
pemuda menolaknya. Naskah proklamasi itu dianggap seperti dibuat oleh Jepang.
Dalam suasana tegang itu, Sayuti memberi gagasan, yakni agar teks proklamasi
ditandatangani Bung Karno dan Bung Hatta saja, atas nama bangsa Indonesia.
Usulnya diterima dan Bung Karno pun segera memerintahkan Sayuti untuk
mengetiknya. Ia mengubah kalimat "Wakil-wakil bangsa Indonesia"
menjadi "Atas nama bangsa Indonesia".
D.
Hal-hal yang dapat diteladani
1.
Beliau seorang nasionalis sejati. Semenjak
masih muda jiwa raga dan gerak langkahnya ditujukan untuk rakyat dan bangsa
2.
Beliau
merupakan sosok pemberani dan pantang menyerah karena pengaruh lingkungan yang
ia dapati selagi ia masih belia. Ia tengah melihat ketidakadilan yang ia
rasakan antara ayah dan ibunya.
3.
Beliau juga seorang wartawan yang sangat
menjujung tinggi rasa nasionalisme
Dokumen dapat dilihat di bawah ini atau dapat di download Disini
Wow amazingggggg
ReplyDelete