Skip to main content

Advertise

Tugas Materi Sekitar Proklamasi Kel. 6

SEJARAH INDONESIA

Tugas Materi Sekitar Proklamasi






Oleh :
Lutfia Dwi Rosiani  (21/XI.A.2)
Metta Dwi Yanti     (22/XI.A.2)
Mita Renate         (23/XI.A.2)
Nisa Ayu Rizana     (24/XI.A.2)

SMA NEGERI 1 BOYOLALI
Tahun Pelajaran 2015/2016

      
1.    Sambutan Rakyat Indonesia setelah mendengar proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945.
      Rakyat di daerah-daerah mulanya tidak percaya bahwa Indonesia telah merdeka. Namun, setelah yakin akan kebenaran berita itu, luapan kegembiraan muncul di mana-mana. Di Jawa Tengah berita Proklamasi diterima melalui radio Domei Sementara. Oleh Syarief Sulaiman dan M.S. Mintarjo berita tersebut dibawa ke gedung Hokokai yang saat itu sedang dilaksanakan sidang di bawah pimpinan Mr. Wongso Negoro. Setelah copy teks Proklamasi dibacakan, para peserta sidang bertepuk tangan penuh gembira, kemudian secara serentak mereka menyanyikan lagu Indonesia Raya.
            Berita Proklamasi kemudian disiarkan lewat radio Semarang. Masyarakat Jawa Tengah dengan cepat dapat menerima berita tersebut. Kemudian, pada tanggal 19 Agustus 1945, diadakan rapat raksasa untuk menguatkan pengumuman pengambilan kekuasaan di Semarang. Setelah itu, di daerah Brebes, Pekalongan, dan Tegal terjadi pemberontakan. Rakyat di tiga daerah tersebut menyerang para pamong praja dan pegawai pemerintah yang dianggap sebagai penyebab kesengsaraan rakyat.
            Di daerah-daerah luar Jawa berita Proklamasi terlambat diterima oleh rakyat. Hal ini disebabkan karena sarana komunikasi yang cukup sulit. Di Medan, berita Proklamasi dibawa oleh Teuku Moh. Hasan yang diangkat sebagai gubernur daerah Sumatera. Mendengar berita ini,  kemudian dibentuk Barisan Pemuda Indonesia yang dipelopori oleh Achmad Tahir. Pada tanggal 4 Oktober, mereka berusaha mengambil alih gedung-gedung pemerintahan dan merebut senjata dari tangan Jepang.
            Di daerah-daerah lain pun melakukan penyambutan yang tidak jauh berbeda, yakni sebagai berikut:
a.       Mula-mula rakyat tidak percaya terhadap adanya berita Proklamasi.
b.      Luapan kegembiraan rakyat menyambut kemerdekaan Indonesia.
c.       Mengadakan rapat-rapat raksasa.
d.      Para pemuda membentuk angkatan muda Indonesia.
e.       Upaya pengambilalihan kekuasaan dari tangan Jepang.
f.       Upaya merebut gedung-gedung dan kantor pemerintahan.
g.      Merebut persenjataan dari tangan Jepang.
h.      Tekad untuk tetap mempertahankan kemerdekaan.

Rapat Raksasa Di Lapangan Ikada
            Di berbagai tempat, masyarakat dengan dipelopori para pemuda menyelenggarakan rapat dan demonstrasi untuk membulatkan tekad menyambut kemerdekaan. Di Lapangan Ikada (Ikatan Atletik Djakarta) Jakarta pada tanggal 19 September 1945 dilaksanakan rapat umum yang dipelopori Komite Van Aksi. Lapangan Ikada saat ini terletak di sebelah Selatan Lapangan Monas.

Makna rapat raksasa di lapangan ikada bagi bangsa Indonesia, antara lain sebagai berikut.
1.        Rapat tersebut berhasil mempertemukan pemerintah republik Indonesia dengan rakyatnya.
2.       Rapat tersebut merupakan perwujudan kewibawaan pemerintah republik Indonesia terhadap rakyatnya.
3.   Menambah kepercayaan diri bahwa rakyat Indonesia mampu mengubah nasib dengan kekuatan sendiri.
4.   Rakyat mendukung pemerintahan baru yang baru terbentuk. Buktinya, setiap intruksi pimpinan mereka laksanakan.

1.      Tindakan heroik di Surabaya
            Para pemuda yang tergabung dalam BKR berhasil merebut kompleks penyimpanan senjata jepang dan pemancar radio Di Embong, Malang. Selain itu terjadi insiden  bendera di Hotel Yamato, Tunjungan Surabaya. Insiden itu terjadi ketika beberapa orang belanda mengibarkan bendera merah putih biru di atap hotel. Tindakan tersebut menimbulkan kemarahan rakyat. Rakyat kemudian menyerbu hotel, menurunkan, dan merobek warna biru bendera itu untuk dikibarkan kembali. Insiden ini terjadi pada tanggal 19 September 1945.
2.      Tindakan heroik di Semarang
            Pada tanggal 14 Oktober 1945 para pemuda bermaksud memindahkan 400 orang tawanan Jepang (Veteran Angkatan Laut) dari pabrik gula cepiring  menuju penjara bulu di Semarang. Akan tetapi, ditengah perjalanan para tawanan itu melarikan diri dan bergabung dengan kidobutai di Jatingaleh (Batalyon Setempat Dibawah Pimpinan Mayor Kido).
            Situasi bertambah panas dengan desas-desus bahwa jepang telah meracuni cadangan air minum penduduk semarang yang ada di candi. Untuk membuktikan kebenaran desas-desus tersebut, dr. Karyadi sebagai kepala laboratorium pusat rumah sakit pusat (parusara) melakukan pemeriksaan. Namun, yang terjadi dr. Karyadi tewas di Jalan Pandanaran, Semarang. Tewasnya dr. Karyadi menimbulkan kemarahan para pemuda Semarang.
            Pada tanggal 15 0ktober 1945 pasukan kidobutai  melakukan serangan ke kota Semarang  dan dihadapi oleh TKR dan laksar pejuang lainnya. Pertempuran berlangsung selama lima hari dan mereda setelah pimpinan TKR berundingan dengan pasukan jepang. Kedatangan pasukan sekutu di semarang pada tanggal 20 Oktober 1945 juga mempercepat terjadinya gencatan senjata. Pasukan sekutu akhirnya menawan dan melucuti tentara jepang. Akibat pertempueran ini  ribuan pemuda gugur dan ratusan orang jepang tewas.
            Untuk mengenang perestiwa itu, di semarang di dirikan tugu muda dan nama Dr. Karyadi diabadikan menjadi nama sebuah Rumah Sakit Umum di Semarang.
3.      Tindakan heroik di Aceh
        Pada tanggal 6 Oktober 1945, para pemuda dari tokoh masyarakat membentuk Angkatan Pemuda Indonesia (API). Penguasaan pemerintah Jepang memerintahkan pembubaran organisasi itu dan para pemuda tidak boleh melakukan kegiatan perkumpulan. Atas peringatan itu, para pemuda menolak keras. Anggota API kemudian merebut dan mengambil alih kantor-kantor pemerintahan. Di tempat-tempat yang telah mereka rebut para pemuda mengibarkan bendera merah putih dan berhasil melucuti senjata tentara jepang.
4.      Tindakan heroik di Bali
          Pada bulan Agustus 1945,  para pemuda Bali telah membentuk organisasi seperti Angkatan Muda Indonesia (AMI) dan Pemuda Republik Indonesia (PRRI). Upaya perundingan untuk menegakan kedaulatan RI telah mereka upayakan, tetapi pihak jepang selalu menghambat. Atas tindakan tersebut pada tanggal 13 Desember 1945 para pemuda merebut kekuasaan  dari Jepang secara serentak, tetapi belum berhasil karena persenjataan Jepang masih kuat.
5.      Tindakan heroik di Kalimantan
        Rakyat Kalimantan juga berusaha menegakkan kemerdekaan dengan cara mengibarkan bendera Merah Putih, memakai lencana Merah Putih, dan mengadakan rapat-rapat, tetapi kegiatan ini dilarang oleh pasukan Sekutu yang sudah ada di Kalimantan. Rakyat tidak menghiraukan larangan Sekutu, sehingga pada tanggal 14 November 1945 di Balikpapan (Depan Markas Sekutu) berkumpul lebih kurang 8.000 orang dengan membawa bendera Merah Putih.
6.      Tindakan heroik di Palembang
        Rakyat Palembang dalam mendukung proklamasi dan menegakkan kedaulatan Negara Indonesia dilakukan dengan jalan mengadakan upacara pengibaran bendera Merah Putih pada tanggal 8 Oktober 1945 yang dipimpin oleh dr.A.K.Gani.
            Pada kesempatan itu diumumkan bahwa Sumatra selatan berada dibawah kekuasaan RI. Upaya penegakkan kedaulatan di Sumatra selatan tidak memerlukan kekerasan, karena Jepang berusaha menghindari pertempuran.
7.      Tindakan heroik di Bandung
           Para pemuda bergerak untuk merebut untuk merebut Pangkalan Udara Andir (sekarang Bendara Husein Sastranegara) dan gudang senjata dari tangan Jepang.
8.      Tindakan heroik di Makasar
            Gubernur Sam Ratulangi menyusun pemerintah pada tanggal 19 Agustus 1945. Sementara itu, para pemuda bergerak untuk merebut gudang-gudang penting seperti stsiun radio dan tangsi polisi.
9.      Tindakan heroik di Sumbawa
            Bentrokan fisik antara pemuda dan antara Jepang terjadi di Gempe, Sape, dan Raba.
10.  Tindakan heroik di Sumatra selatan
           Pada tanggal 8 Oktober 1945 rakyat mengadakan upacara pengibran bendera Merah Putih. Pada tanggal itu juga diumumkan bahwa Sumatra selatan berada dibawah kekuasaan RI.
11.  Tindakan heroik Lampung
            Para pemuda yang tergabung dalam API (Angkatan Pemuda Indonesia) melucuti senjata Jepang di Teluk Betung, Kalianda, dan Menggala.
12.  Tindakan heroik di Solo
       Para pemuda melakukan pengepungan markas Kempetai Jepang, sehingga terjadilah pertempuran. Dalam pertempuran itu, seorang pemuda bernama Arifin gugur.
13.  Palagan Ambarawa
        Pada tanggal 20 0ktober 1945, tentara sekutu di bawah pimpinan Brigadir Bethellm mendarat di semarang dengan maksud mengurus tawanan perangdan tentara Jepang yang berada di Jawa Tengah. Kedatangan sekutu ini diboncengi oleh NICA. Kedatangan sekutu ini mulanya disambut baik, bahkan Gubernur Jawa Tengah Mr Wongsonegoro menyepekati akan menyediakan bahan makanan dan keperluan lain bagi kelancaran tugas Sekutu, sedang Sekutu berjanji tidak akan mengganggu kedaulatan Republik Indonesia.
           Namun, ketika pasukan Sekutu dan NICA telah sampai di Ambarawa dan magelang untuk membebasakan para tawanan tentara Belanda, para tawanan tersebut malah dipersenjatai sehingga menimbulkan kemarahan pihak Indonesia. Insiden bersenjata timbul di kota Magelang, hingga terjadi pertempuran. Di Magelang, tentara Sekutu bertindak sebagai penguasa yang mencoba melucuti Tentara Keamanan Rakyat dan membuat kekacauan. TKR Resimen Magelang dipimpin Letkol. M.Sarbini membalas tindakan tersebut dengan mengepung tentara Sekutu dari berbagai penjuru. Namun mereka selamat dari kehancuran berkat campur tangan Presiden Sukarno yang berhasil memenangkan susasana. Kemudian pasukan Sekutu secara diam-diam meninggalkan Kota Magelang menujunke benteng Ambarawa. Akibat peristiwa tersebut, Resimen Kedu Tengah di bawah pimpinan Letkol M. Sarbini segera mengadakan pengejaran terhadap mereka. Gerakan mundur tentara Sekutu tertahan di Desa Jambu karena dihadang oleh pasukan Angkatan Muda di bawah pimpinan Oni Sastrodihardjo yang diperkuat oleh pasukan gabungan dari Ambarawa, Suruh dan Surakarta.
            Tentara Sekutu kembali dihadang oleh Batalyon 1 Soerjosoempeno di Ngipik. Pada saat pengunduran, tentara Sekutu mencoba menduduki dua desa di sekitar Ambarawa. Pasukan Indonesia di bawah pimpinan Letkol. Isdiman berusaha membebaskan kedua desa tersebut, namun ia keburu gugur terlebaih dahulu. Sejak gugurnya Letkol. Isdiman, komandan Divisi 5 Banyumas, Kol Soedirman merasa kehilangan seorang perwira terbaiknya dan ia langsung turun ke lapangan untuk memimpin pertempuran. Kehadiran Kol Soedirman memberikan napas baru kepada pasukan-pasukan RI. Koordinasi diadakan diantara komando-komando sektor dan pengepungan terhadap musuh semakin ketat. Siasat yang diterapkan adalah serakan pendadakan serentak di semua sektor. Bala bantuan terus mengalir dari Yogyakarta, Solo, Salatiga, Purwokerto, Magelang, Semarang, dll
            Tanggal 23 November 1945 ketika matahari mulai terbit, mulailah tembak menembak dengan pasukan sekutu yang bertahan di kompleks gereja dan kerkhop Belanda di Jl. Margo Agoeng. Pasukan Indonesia terdiri dari Yon. Imam Androgi, Yon. Soeharto, dan Yon. Soegang. Tentara Sekutu mengarahkan tawanan-tawanan Jepang dengan diperkuat tanknya, menyusup ke tempat kedudukan indonesia dari arah belakang, karena itu pasukan Indonesia indah ke Bedono.
            Setelah bertempur selama empat hari, pada tanggal 15 Desember 1945 pertempuran berakhir dan Indonesia berhasil merebut Ambarawa dan sekutu dibuat mundur ke Semarang. Kemenangan pertempuran ini kini diabadikan dengan didirikannya Monumen Palagan Ambarawa dan diperingati hari jadi TNI Angkatan Darat atau Hari Juang Kartika
14.  Peristiwa Bandung lautan api
            Peristiwa bandun lautan api adalah peristiwa kebakaran besar yang terjadi di kota bandung pada 24 Maret 1946. Dalam waktu tujuh jam sekitar 200.000 penduduk bandung membakar rumah mereka, meninggalkan kota menuju pegunungan di daerah selatan bandung. Hal ini dilakukan untuk mencegah tentara sekutu dan tentara NICA belandauntuk dapat menggunakan kota bandung sebagai markas strategis militer dalam perang kemerdekaan indonesia.
15.  Peristiwa Medan Area
            Pada tanggal 9 November 1945, pasukan sekutu di bawah pimpinan brigadril jendral T.E.D. kelly mendarat di sumatra utara yang diikuti oleh pasukan NICA. Pemerintah repuklik indonesia di sumtra utara memperkenangkan mereka untuk menepati beberapa hotel yang terdapat di mota medan. Selanjutnya mereka di tempatkan di Binjai, tanjung lapangan. Sehari setelah mendarat, tim RAPWI mendatangi kamp-kamp tawanan yang ada di medan atas persetujuan gubernur M. Hasan. Kelompokmitu langsung di bentuk menjadi medan batalion KNIL.
            Dengan adanya kekuatan itu,ternyata bekas tawanan menjadi arogan dan sewenang-wenang sehingga memancinng munculnya insiden. Insiden pertama terjadi tanggal 13 oktober 1945 di jalan bali, medan. Insiden itu berawal dari ulah penghuni hotel yang merampas dan menginjak-injak lencana merah putih. Akibatnya hotel itu di serang dan di rusak oleh kalangan pemuda. Dampak dari insiden itu menjalar ke beberapa kota lain seperti pematang siantar dan brastagi.
            Pada tanggal 10 oktober 1945 di bentuk TKR sumatra timur dengan pepimpinnya Achmad Tair. Selanjutnya di adakan pemanggilan bekas giugan dan heihi ke sumtara timur. Di samping TKR, terbentuk juga badan-badan perjuangan yang sejak tanggal 15 oktober 1945 menjadi pemuda repuklik indonesia sumtara timur dan kemudian berganti nama menjadi Pesindo.
            Sementara iti pada tanggal 1 desember 1945,pihak sekutu inggris memasang papan-papan yang bertuliskan “fixed boundaries medan area” di daerah-daerah pinggiran kota medan. Sejak saat itu nama medan area menjadi terkenal.inggris bersama NICA melakukan aksi terhadap unsur-unsur R.I di medan. Bahkan pada tanggal 10 desember 1945 mereka berusaha menghancurkan konsentrasi TKR di trepes. Aksi tersebut tentu saja mendapat perlawan yang sengit dari pemuda medan.
            Dengan terjadinya peristiwa seprti itu, brigadir jendral T.E.D kelly kembali mengancam para pemuda agar menyerahkan senjata yang mereka miliki dan jika tidak akan di tembak mati.
16.  Peristowa Hotel Yamato
            Insiden perobekan bendera di hotel yamato ini merupakan awal dari rentetan perlawanan yang di lakukan oleh arek-arek suroboyo. Peristiwa ini bermula dari di pasangnya bendera belanda yang dilakukan oleh sekelompok orang yang di komando lamgsung oleh Mr. W.V.Choploegman. Peristiwa ini di lakikan sekitar pulul 21:00 pada tanggal 18 oktober 1945.
            Pemasangan bendera ini tampaknya tidak di ketahui oleh para pemuda dan tanpa sepengetahuan dan persetujuan dari pemerintah R.I di surabaya. Meskipun pihak belanda memasang bendera di malam hari, tampaknya usaha itu nihil. Keesokan harinya tanggal 19 oktober 1945 sekelompok pemuda melihat berkibarnya bendera belanda itu, tak kuat menahan amarah. Hanya beberpa jam setelah mereka melihat berkibarnya bendera belanda itu, jalannan sesak oleh segerombolan masa yang marah atas ulah yang di lakukan oleh pemerintah kolonial belanda itu.
            Jalan tunjangan yang nerupakan jaln pusat kota itu bagaikan kerimunan semut, banyak dari kalangan pemuda,pelajar,maupun dari golongan dewasa yang berkumpul,guna protes atas ulah yang di lakukanya. Residen sudirman yang merupakan wakil dari keresidenan daerah surabaya itu langsung menemui ploegman dengan di dampongi oleh sidik dan hariono. Mereka bertujuan untuk melakukan perundingan dengan pihak belanda ntuk menurunkan bendera triwarna tersebut. Tampaknya usaha yang dilkukan sudirman sia-sia, ploegman dengan nada keras dan mengangkat senjata revolvernya menjawab ”tentara sekutu telah menang, dan belanda merupakan sekutu,maka sekarang pemerintah hindia belanda berhak atas indonesia! Republik indonesia tidak kami akui”.
            Merasa usaha yang di lakukan gagal dengan yang di sertai perasaan amarah yang begitu kuat,sidik dan harianto mengambil langkah yang mengejutkan. Sidik langsung menendang revolver yang di pengang oleh ploegman hingga terpental dan menyebabkan letusan tanpa mengenai korban. Sementara harianto menyeret sudirman dari rauanga tersebut,namun sidik masih terus melakukan pergulatan dengan ploegman dan mencekiknya hingga tewas. Setelah letusan pistol milik poegman tersebut menyebabkan bebrapa sidik hingga tersunggkur ke tanah. Mengetahui kondisi yang sepert ini akhirnya para pemuda yang di luar hotel merengsek masuk ke hotel,hingga perkelahian tak dapat di hindarkan. Sementara itu Hariono dengan Kusno Wibowo di bantu dengan beberapa pemuda melakukan pemanjatan guna menurunkan bendera tri warna tersebut. Setelah berhasil menurunkanya mereka merobek bendera yang bagian biru hingga akhirnya berkibarlah bendera merah putih. Pekik “merdeka” di lontarkan oleh mereka sebagai tanda kehormatan dan kedaulatan dari Indonesia.
17.  Pertempuran lima hari di Semarang
            Dengan meyerhnya jepang terhadap sekutu pada tanggal 15 agustus 1945 dan di susul dengan di proklamasikan republik indonesia 17 agustus 1945, maka seharusnya tamatlah kekuasaan jepang di indonesia. Dan di tunjuknya Mr wongsonegoro sebagai penguasa republik di jawa tengah dan pusat pemerintahnya di semarang, maka adalah kewajiban pemerintah di jawa tengah mengambil alih kekuasaan yang selama ini di pegang jepang, termasuk bidang pemerintahan, keaamanan, dan ketertibannya. Maka terbentuklah badan keaamanan rakyat (BKR) yang kemudian menjadi tentara keamanan rakyat (TKR).
            Di beberapa tempat di jawa tengah telah terjadi pula kegiatan perlicutan senjata jepang tanpa kekerasan antara lain di banyumas, tapi terjadi kekerasan di ibukota semarang. Kido butai (pusat ketentaraan jepang di jatingaleh) nampak tidak memberikan persetujuaanya secara menyeluruh, meskipun di jamin oleh gubernur wonsonegoro, bahwam sejata tersebut tidak untuk melawan jepang. Permintaan yang berulang ulang Cuma menghasilkan senjata yang tak seberapa, dan itu pun snjata-senjata yang agak usang.
            Kecurigaan BKR dan pemuda semarang semakin bertambah, setelah sekutu mulai mendaratkan pasukannya di pulau jawa. Pihak indonesia khawatir jepang akan menyerahkan senjata-senjatanya kepada sekutu, dan berpendapat kesempatan memperoleh senjata harus dimanfaatkan sebelum sekutu mendarat di semarang.karna sudah pasti pasukan belanda yang bergabung dengan sekutu akan ikut dalam pendaratan itu yang tujuannya menjajah indonesia lagi.
            Pertempuran lima hari di semarang ini dimulai menjelang minggu malam tanggal 15 oktober 1945. Keadaan kota semarang sangatlah mencekam apalagi di jalan jalan dan kampung kampung di mana ada pos BKR dan pemuda tampak keaadan siap. Pasukan pemuda terdiri dari beberapa kelompok yaitu BKR, Polisi istimewa,AMRI, AMKA (angkatan muda kereta api) dan organisasi para pemuda lainnya. Dapat pula kita tambahkan di sini, bahwa markas jepang di bantu oleh pasukan jepang sebesar 675 orang,yang mereka dalam perjalanan dari irian ke jakarta,tapi karena persoalan logistik,pasukan ini singgah ke semarang. Pasukan ini merupakan pasukan tempur yang mempunyai pengalaman di medan perang irian. Keaadan kontras sekali, karena para pemuda pejuang kita harus menghadapi pasukan jepang yang berpengalaman tempur dan lebih lengkap persenjataanya , sementara kelompok pasukan pemuda belum pernah bertempur, dan hampir-hampir tidak bersenjata.
            Juga sebagian besar belum pernah mendapat latihan,kecuali di antaranya pasukan polisi intimewa, anggota BKR, dari ex-PETA dan Heihoyang pernah mendapat pendidikan dan latihan militer, tapi tanpa pengalaman tempur. Pertempuran lima hari di semarang ini diawali dengan berontakan 400 tentara jepang yang bertugas membangun pabrik senjata di cepiring dekat semarang. Pertempuran antara pemberontak jepang melawan pemuda ini berkorban sejak dari cepiring (kl 30 km sebelah barat semarang) hingga jatingaleh yang terletak di bagian atas kota. Di jatingaleh ini pasukan jepang yang dipukul mundur menggabungkan diri dengan pasukan kidobutai yang memang berpangkalan di tempat tersebut.
            Suasana kota semarang menjadi panas. Terdengar bahwa pasukan kidobutai jatingaleh akan segera mengadakan serangan balasan terhadap para emuda indonesia. Situasi hangat bertambah panas dengan meluasnya desas-desus yang menggelisahkan masyarakat, bahwa cadangan air minum di candi (Siranda) telah diracuni. Pihak jepang yang disangka telah melakukan peracunan lebih memperuncing keadaan dengan melecuti delapan orang polisi indonesia yang menjaga tempat tersebut untuk menghidarkan peracunan cadangan air  minum itu. Dr. Karyadi, kepala laboratorium pusat rumah sakit rakyat (perusara) ketika mendengar berita ini langsung meluncur ke siranda untuk mengecek kebenarannya. Tetapi beliau tidak pernah sampai tujuan, jenazahnya ditemukan di jalan spandanaran semarang, karena dibunuh tentara jepang (namanya diabadikan menjadi RS di semarang).
            Keesokan harinya 15 oktober 1945 jam 03:00 pasukan kidobutai benar-benar melancarkan serangannya ke tengah-tengah kota semarang. Markas BKR kota semarang menepati kompleks bekas sekolah MULO di mugas (di belakang bekas pom bensin pandaran). Dibelakangnya terdapat sebuah bukit rendah dari sinilah di waktu fajar kidobutai melancarkan serangannya mendadak berkas BKR secara tiba-tiba mereka melancarkan serangan dari dua jurusan dengan tembakan mesin gancar, diperkirakan pasukan jepang yang menyerang nerjumlah 400 orang. Setelah memberikan perlawanan setengah jam pimpinan BKR akhirnya menyadari markasnya tak mungkin dapat mempertahankan lagi dan untuk menghindari kepungan tentara jepang, pasukan BKR mengundurkan diri meninggalkan maarkasnya. Pertempuran ini dimulai pada 15 oktober 1945 – 20 oktober 1945.

Kata-kata mutiara dari Mohammad Hatta

·         Apa yang dilakukan oleh orang setelah mendengar suatu khotbah jauh lebih pentingdari apa yang dikatakannya tentang khotbah itu.

·         Membaca tanpa merenungkan adalah bagaikan makan tanpa dicerna.

·         Tak ada harta pusaka yang sama berharganya dengan kejujuran.

·         Hamba-hamba Allah penghuni surgawi, harus menggunakan bahasa yang halus dan sopan.




2. Sambutan masyarakat Boyolali setelah mendengar berita proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945.
·         Agresi Militer Belnda 2 di Boyolali
            Desa Kebonbimo merupakan markas Tentara Pelajar SA/CSA dari Seksi II/Kompi I yang dipimpin oleh Sunardi (Kebo). Anggotanya tersebar di wilayah Desa Kebonbimo dan Ngargosari. Sedangkan Seksi I yang dipimpin oleh Soeyono para anggotanya tersebar di Desa Metuk, Dlingo dan Mudal. Kompi I SA/CSA yang dipimpin oleh Muktio bermarkas di Timur Desa Pager tepatnya di Dukuh Kentengsari, Desa Kener yang masuk wilayah dari Kabupaten Semarang (Panitia Peresmian Gedung SMA Tlatar-Boyolali, 1982:5). Secara tidak resmi Dukuh Tlatar Desa Kebonbimo menjadi pusat tempat berkumpulnya Tentara Pelajar SA/CSA dari Kompi I yang meliputi Seksi I yang bermarkas di Desa Metuk, Seksi II di Desa Kebonbimo maupun pasukan Staf Kompi yang bermarkas di Dukuh Kentengsari Desa Kener (Timur Desa Pager) yang masuk dalam wilayah kabupaten Sema-rang. Dengan seringnya Dukuh Tlatar digu-nakan sebagai tempat berkumpul, sehingga pasukan Belanda mengira bahwa Tlatar sebagai markas resmi dari Pasukan SA/CSA Kompi I pimpinan Muktio. Karena sebetul-nya hanya dari Seksi II yang bemarkas di Dukuh Tlatar Desa Kebonbimo (Panitia Peresmian Gedung SMA Tlatar Boyolali, 1982:17).
            Desa Kebonbimo menjadi incaran Tentara Belanda karena mengira bahwa markas Kompi I dari Tentara Pelajar SA/CSA berada di Dukuh Tlatar. Karena Desa Kebonbimo terletak paling belakang dibandingkan desa-desa yang ditempati selain dari Seksi II, yang lainnya terletak dekat dengan kota Boyolali. Dukuh Tlatar Desa Kebonbimo sering didatangi teman-teman dari Seksi I yang bermarkas di Desa Metuk, maupun pasukan eks Pesindo untuk mandi atau berenang karena ada mata air yang jernih dan melimpah. Selama masa Agresi Militer Belanda II di Desa Kebonbimo diserang Belanda sebanyak 3 kali. Pada serangan yang pertama pasukan Belanda menghujani mortir dari luar Desa Kebonbimo. Serangan yang kedua Tentara Belanda berhasil dipukul mundur karena Tentara Pelajar SA/CSA sudah mengetahui dan bersiap ketika pasukan Belanda sudah sampai di pinggir Desa Kebonbimo. Serangan ketiga terjadi pada dini hari kurang lebih pukul 04.00 WIB (Keluarga Besar SA/CSA, T.T.:71-72). Untuk serangan yang ketiga kalinya, Tentara Belanda sudah masuk Desa Kebonbimo dan membangun-kan Tentara Pelajar SA/CSA yang dikenal dengan “TNI Bangun”. Tepatnya pada hari Sabtu tanggal 14 Juli 1949 dini hari, pasukan Belanda menyerang dari Boyolali melewati Dukuh Karang Tengah, Kebonbi-mo, dan Gatak yang datang dari arah Desa Kiringan. Setelah terjadi kejar-kejaran dari arah Barat Desa Kebonbimo setelah sampai di lapangan Dukuh Tlatar terjadi insiden tembak menembak antara pasukan Belanda dengan Tentara Pelajar SA/CSA yang dibantu oleh masyarakat Tlatar dan sekitarnya. Peristiwa ini dikalangan masyarakat Dukuh Tlatar dan sekitarnya dinamakan dengan “Perang Pruputan” (Panitia Peresmian Gedung SMA Tlatar Boyolali, 1982:17).

·         Peran Masyarakat Kebonbimo Dalam Mendukung Perjuangan Tentara Pelajar Sa/Csa
            Pada masa Agresi Militer Belanda II di Desa Kebonbimo dibentuk Pasukan Gerilya Desa (Pager Desa). Karena Desa Kebonbimo termasuk daerah yang maju dan aktif dibandingkan desa-desa disekitarnya dalam menghadapi Agresi Militer Belanda II, sehingga pemerintah Desa Kebonbimo membentuk pasukan gerilya desa (Pager Desa). Pager Desa bertugas sebagai keamanan desa atau memperluas dan memperdalam pertahanan keamanan ditingkat desa, kegiatan utama mengkoordinasi kegiatan sistem keamanan lingkungan (siskampling) di seluruh wilayah Desa Kebonbimo (Wawancara dengan Karso Diharjo, 27 Januari 2014).
            Pemerintah Desa Kebonbimo mem-buat badan pertahanan desa yang berfungsi selain untuk keamanan di dalam desa dan umumnya diperbantukan untuk tenaga cadangan pasukan tentara untuk mempertahankan Negara Republik Indonesia. Sistem perekrutan untuk menja-di anggota Pager Desa Kebonbimo ialah dengan cara memanfaatkan para pemuda disetiap dukuh di wilayah Desa Kebonbimo. Rata-rata setiap dukuh ada 2 orang pemuda yang ditunjuk menjadi anggota Pager Desa Kebonbimo, yang sebelumnya sudah diseleksi oleh petugas dari pemerintah Desa Kebonbimo. Namun, jika dalam satu dukuh terdapat banyak pemuda maka tidak menutup kemungkinan lebih dari 2 orang yang ditunjuk sebagai perwakilan. Bayan Suroso ditugaskan pemerintah Desa Kebonbimo untuk menunjuk pemuda-pemuda di setiap dukuh yang memenuhi persyaratan menjadi anggota Pager Desa seperti yang diutamakan mempunyai pengalaman dalam ilmu kemiliteran dan belum menikah contohnya: dapat baris berbaris, mampu dalam menggunakan senjata, dan mampu bekerja sama secara kelompok. Pager Desa Kebonbimo mempunyai anggota kurang lebih 30 orang (Wawancara dengan Karso Diharjo, 18 Maret 2014). Setelah terbentuk dan disahkan oleh pemerintah militer tingkat Kecamatan dengan disaksikan oleh Kepala Desa, anggota Pager Desa Kebonbimo diberi pembekalan di Balai Desa tentang fungsi maupun tugas yang akan dilakukan beserta jadwal gerilya yang sudah dibagi dalam bentuk kelompok. Pada masa Agresi Militer Belanda II selain sudah dibentuk Pager Desa, di Desa Kebonbimo juga terdapat kesatuan Tentara Pelajar SA/CSA, dan ada kesatuan yang lainnya seperti: Pasukan eks Pesindo, dan ada juga dari Kepolisian (Wawancara dengan Tarjo Suwito, 18 Maret 2014).
            Selama masa Agresi militer Belan-da II pasukan Tentara Pelajar SA/CSA yang berada di Desa Kebonbimo beserta Pager Desa yang dibentuk oleh pemerintah Desa Kebonbimo sering mengadakan pengha-dangan iring-iringan pasukan Belanda yang datang dari di jalan raya arah Salatiga-Solo atau sebaliknya di Jembatan darurat Kenteng. Usaha yang dilakukan yaitu melakukan pembongkaran jembatan yang bagian-bagiannya masih terbuat dari kayu menggunakan peralatan seadanya (Wawancara dengan Henri Sugiman, 28 Januari 2014). Dalam sambutan dari sesepuh (orang yang dituakan) Eks Tentara Pelajar SA/CSA pada peresmian gedung SMA Tlatar Boyolali di Dukuh Tlatar mengatakan bahwa betapa besar bantuan serta du-kungan masyarakat Tlatar dan sekitarnya kepada Tentara Pelajar SA/CSA para peju-ang gerilya. Semua itu diberikan dengan secara tulus ikhlas tanpa mengharapkan imbalan dengan dibuktikannya para Tentara Pelajar SA/CSA sudah dianggap sebagai keluarga sendiri, rumah dibukakan untuk berlindung dari ancaman Tentara Belanda dan makanan yang sudah pas-pasan disisihkan untuk Tentara Pelajar SA/CSA tanpa menghitung apa dan berapa yang sudah diberikan dengan tulus ikhlas (Panitia Peresmian Gedung SMA Tlatar-Boyolali, 1982:7).
            Pada masa Agresi Militer Belanda II, Desa Kebonbimo menjadi salah satu daerah yang dijadikan markas Tentara Pelajar SA/CSA. Untuk makan dan tempat tinggal dibantu oleh masyarakat Desa Kebonbimo. Masyarakat bertanggung jawab dalam pemenuhan kebutuhan bagi Tentara Pelajar SA/CSA terutama dalam hal makan dan tempat tinggal. Dari pemerin-tah Desa Kebonbimo, selain Kepala Desa dan Perangkat Desa juga sudah menunjuk dan membagi kepada warga masyarakat yang dianggap mampu untuk bertanggung jawab kepada Tentara Pelajar SA/CSA. Di Desa Kebonbimo hanya 3 Dukuh yakni: Tlatar, Gatak, dan Kebonbimo yang terlihat secara kebetulan masyarakatnya dianggap mampu untuk bertanggung jawab kepada Tentara Pelajar SA/CSA sehingga tidak membebankan kepada rakyat yang tidak mampu. Ada 5 keluarga di setiap dukuh yang ditunjuk Kepala Desa Kebonbimo yaitu Citro Budoyo, diutamakan yang berketempatan untuk bertanggung jawab memberi makan dan menyediakan tempat tinggal. Kepala Desa bertanggung jawab untuk 10 Tentara Pelajar SA/CSA, Perang-kat Desa bertanggung jawab untuk 5 Tentara Pelajar SA/CSA, sedangkan untuk masyarakat biasa maupun Modin (tokoh agama) bertanggung jawab untuk 2 sampai 3 orang Tentara Pelajar SA/CSA (Wawancara dengan Henri Sugiman 5 Oktober 2013).
            Perang gerilya Tentara Pelajar SA/CSA berhasil karena dukungan penuh dari rakyat yang berjuang tanpa pamrih, tanpa imbalan uang, malah seringkali mengalami resiko balas dendam dari Tentara Belanda berupa penyiksaan, pembakaran rumah-rumah desa serta perampasan harta benda mereka. Dalam bidang komunikasi peranan masyarakat Desa Kebonbimo sangatlah penting, salah satunya ialah menjadi mata-mata untuk para Tentara Pelajar SA/CSA. masyarakat mengenal dengan sebutan “Cenguk” (Wawancara dengan Henri Sugiman, 5 Oktober 2013). Pada masa Agresi Militer Belanda II, Untuk menjaga kesehatan masyarakat Desa Kebonbimo seringkali membuat ramuan sendiri untuk mengobati penyakitnya dengan cara tradisional. Mereka menggunakan daun-daunan yang mereka temukan di alam sekitar, meskipun pengetahuan mengenai obat-obatan sangat terbatas, hanya sebatas pertolong-an pertama. Penyakit yang sering menye-rang para Tentara Pelajar SA/CSA adalah gatal dan banyak kutu-kutu, untuk meng-obati gatal-gatal seperti kudis menggu-nakan Belerang (“Lirang” dalam Bahasa Jawa), dengan cara Belerang ditumbuk lalu dicampurkan dengan air dibuat untuk mandi karena pada masa itu para Tentara Pelajar SA/CSA pakaiannya terbatas (Wawancara dengan Tarjo Suwito, 27 Januari 2014).

·         Kesimpulan
            Selama masa Agresi Militer Belanda II masyarakat Desa Kebonbimo, Kecamatan Boyolali, Kabupaten Boyolali mempunyai peran penting dalam keterlibatan mempertahankan Republik Indonesia dari penjajah Belanda. Pada masa Agresi Militer Belanda II, Desa Kebonbimo menjadi markas dari pasukan Tentara Pelajar SA/CSA dari Seksi II/Kompi I yang di pimpin oleh Sunardi (Kebo) dan juga terdapat kesatuan dari eks Pesindo dan Kepolisian. Masyarakat Desa Kebonbimo dengan Tentara Pelajar SA/CSA dan kesa-tuan lainnya, saling bekerja sama dalam menghadapi penjajah (tentara Belanda). Salah satunya yaitu masyarakat dengan Tentara Pelajar SA/CSA mengadakan aksi penghadangan di Jembatan darurat Kenteng dengan cara membongkar jembatan yang masih terbuat dari kayu dengan menggunakan peralatan seadanya.
            Desa Kebonbimo mendapat serangan secara besar-besaran dari pasukan Belanda sebanyak 3 kali dan untuk peristiwa serangan yang ketiga kalinya pada tanggal 14 Juli 1949, kurang lebih sekitar pukul 04.00 WIB yang dipusatkan di lapangan Dukuh Tlatar. Di kalangan masyarakat peristiwa ini dikenal dengan “Perang Pruputan”. Selama masa Agresi Militer Belanda II peran masyarakat Desa Kebobimo dalam mendukung perjuangan Tentara Pelajar SA/CSA pada tahun 1948-1949 diantaranya ikut serta menjadi anggota pasukan gerilya Desa Kebonbimo (Pager Desa Kebonbimo), sebagai penyedia jasa-jasa pendukung peperangan seperti memenuhi kebutuhan logistik, tempat tinggal, obat-obatan dan sebagai mata-mata.
3.    Proses terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sejak proklamasi hingga akhir 1945.
Proklamasi adalah pernyataan suatu bangsa untuk bebas dari penjajajahan. Bangsa Indonesia telah melewati peristiwa itu setelah pada tanggal 17 Agustus 1945 memproklasikan kemerdekaan. Sejak saat itu Indonesia berdaulat sebagai negara merdeka dalam bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).



A.    Kekalahan Jepang dan Kekosongan Kekuasaan

       Perang Dunia II terjadi setalah Jepang membombardir Pearl Harbour pada 7 Desember 1941. Hancurnya Pearl Harbour, ternyata memudahkan Jepang untuk mewujudkan cita citanya, yaitu membentuk  persekemakmuran Asia Timur Raya. Daerah-daerah di Asia Timur dan Asia Tenggara, termasuk Indonesia berhasil diduduki oleh Jepang. Pembentukan Persekemakmuran Asia Timur Raya berhasil diwujudkan, meskipun hanya untuk sementara.

        Serangan Jepang ke Indonesia (Hindia Belanda) pertama-tama terjadi 11 Januari 1942 dengan mendarat di Tarakan (Kalimantan Timur). Balikpapan yang merupakan daerah yang kaya akan minyak bumi, jatuh ketangan Jepang 24 Januari 1942, disusul kemudian Pontianak 29 Januari 1942, Samarinda 3 Pebruari 1942, Banjarmasin 10 Pebruari 1942. Dalam perkembangannya, Jepang mulai mengalami kesulitan, terutama setelah Amerika Serikat menarik sebagian pasukannya dari Eropa. Pada bulan Mei 1942, serangan Jepang terhadap Australia dapat dihentikan karena tentara Jepang menderita kekalahan dalam pertempuran Laut Koral (Karang). Serangan Jepang terhadap Hawai juga dapat digagalkan oleh tentara Amerika Serikat dalam pertempuran di Midway pada bulan Juni 1942. Kekalahan Jepang terhadap Sekutu, dengan ditanda tanganinya perjanjian Post Dam, maka secara resmi Jepang menyerahkan kekuasaan pada Sekutu. Dengan demikian di Indonesia terjadi kekosongan kekuasaan. Kesempatan ini oleh bangsa Indonesia dimanfaatkan untuk memproklamasikan kemerdekaan.

     Untuk mengakhiri peperangan ini, maka pada tanggal 6 Agustus 1945 Amerika Serikat menjatuhkan bom atom yang pertama di atas kota Hirosyima. Tiga hari kemudian, tanggal 9 Agustus 1945, bom atom kedua dijatuhkan lagi di atas Nagasaki. Akibatnya bukan saja membawa kerugian material, karena hancurnya kedua kota tersebut dan banyaknya penduduk yang menemui ajalnya. Tetapi secara politis telah mempersulit kedudukan Kaisar Hirohito, karena harus dapat menghentikan peperangan secepatnya guna menghindari adanya korban yang lebih banyak lagi. Hal ini berarti bahwa Jepang harus secepatnya menyerah kepada Sekutu atau Serikat. Akhirnya Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu pada tanggal 14 Agustus 1945.



B.     Persiapan Kemerdekaan Indonesia

         Karena terjadi kekalahan Jepang terhadap Sekutu dalam beberapa pertempuran seperti yang disebutkan diatas, maka Jepang mulai ngobral janji. Janji itu dikenal dengan janji kemereekaan. Bila bangsa Indonesia mau membantu Jepang dalam menghadapi Sekutu, maka kelak kemudian hari akan diberikan kemerdekaan. Untuk mengawalinya dibentuklah Badan yang bertugas menyiapkan segala sesuatu berkaitan dengan kemerdekaan yang dijanjikan. Pemerintah Jepang membentuk BPUPKI yang dlam perkembangannya berubah menjadi PPKI.

       Tanggal 15 Agustus 1945, Jepang menyerah kepada Sekutu tanpa syarat (unconditional surrender). Hal ini diumumkan oleh Tenno Heika melalui radio. Kejadian itu jelas mengakibatkan pemerintah Jepang tidak dapat meneruskan janji atau usahanya mengenai kemerdekaan Indonesia. Soal terus atau tidaknya usaha mengenai kemerdekaan Indonesia tergantung sepenuhnya kepada para pemimpin bangsa Indonesia. Sementara itu Sutan Sjahrir sebagai seorang yang mewakili pemuda merasa gelisah karena telah mendengar melalui radio bahwa Jepang telah kalah dan memutuskan untuk menyerah pada Sekutu. Sjahrir termasuk tokoh pertama yang mendesak agar proklamasi kemerdekaan Indonesia segera dilaksanakan oleh Sukarno-Hatta tanpa harus menunggu janji Jepang. Itulah sebabnya ketika mendengar kepulangan Sukarno, Hatta dan Radjiman Wedyodiningrat dari Dalat (Saigon), maka ia segera datang ke rumah Hatta dan memintanya untuk memproklamirkan kemerdekaan Indonesia, tanpa harus menunggu dari pemerintahan Jepang. Hatta tidak dapat memenuhi permintaan Sjahrir maka diajaknya ke rumah Sukarno. Namun Sukarno belum dapat menerima maksud Sjahrir dengan alasan bahwa Sukarno hanya bersedia melaksanakan proklamasi, jika telah diadakan pertemuan dengan anggota-anggota PPKI lain. Dengan demikian tidak menyimpang dari rencana sebelumnya yang telah disetujui oleh pemerintah Jepang. Selain itu Sukarno akan mencoba dulu untuk mengecek kebenaran berita kekalahan Jepang tersebut.

C.    Peristiwa Rengasdengklok
        Sikap Sukarno dan Hatta tersebut memang cukup beralasan karena jika proklamasi dilaksanakan di luar PPKI, maka Negara Indonesia Merdeka ini harus dipertahankan pada Sekutu yang akan mendarat di Indonesia dan sekaligus tentara Jepang yang ingin menjaga status quo sebelum kedatangan Sekutu. Sjahrir kemudian pergi ke Menteng Raya (markas para pemuda) bertemu dengan para pemuda seperti: Sukarni, BM Diah, Sayuti Melik dan lain-lain.
       Kelompok muda menghendaki agar Sukarno-Hatta (golongan tua) segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Menurut golongan muda, tidak seharusnya para pejuang kemerdekaan Indonesia menunggu-nunggu berita resmi dari Pemerintah Pendudukan Jepang. Bangsa Indonesia harus segera mengambil inisiatifnya sendiri untuk menentukan strategi mencapai kemerdekaan. Golongan muda kemudian mengadakan rapat di salah satu ruangan Lembaga Bakteriologi di Pegangsaan Timur, Jakarta pada tanggal 15 Agustus 1945, pukul 20.30. Hadir antara lain Chaerul Saleh, Djohar Nur, Kusnandar, Subadio, Subianto, Margono, Wikana, dan Alamsyah. Rapat itu dipimpin oleh Chaerul Saleh dengan menghasilkan keputusan tuntutan-tuntutan golongan pemuda yang menegaskan bahwa kemerdekaan Indonesia adalah hak dan soal rakyat Indonesia sendiri. Yang mendapat kepercayaan dari teman-temanya untuk menemui Sukarno adalah Wikana dan Darwis.
      Oleh Wikana dan Darwis, hasil keputusan itu disampaikan kepada Sukarno jam 22.30 di kediamannya, Jalan Pegangsaan Timur, No 56 Jakarta. Namun sampai saat itu Sukarno belum bersedia memproklamasikan kemerdekaan Indonesia tanpa PPKI. Di sini terjadi perdebatan sengit antara Sukarno dengan Wikana dan Darwis. Dalam perdebatan itu Wikana menuntut agar proklamasi dikumandangkan oleh Sukarno pada keesokan harinya.
         Peristiwa ini menunjukkan adanya ketegangan antara kelompok tua dengan kelompok muda yang memiliki sifat, karakter, cara bergerak, dan dunianya sendiri-sendiri. Perbedaan pendapat itu tidak hanya berhenti pada adu argumentasi, tetapi sudah mengarah pada tindakan pemaksaan dari golongan muda. Tentu saja semua itu demi kemerdekaan Indonesia.
            Para pemuda itu kembali mengadakan pertemuan dan membahas tindakan-tindakan yang akan dibuat sehubungan dengan penolakan Soekarno-Hatta. Pertemuan ini masih dipimpin oleh Chaerul Saleh yang tetap pada pendiriannya bahwa kemerdekaan harus tetap diumumkan dan itu harus dilaksankaan oleh bangsa Indonesia sendiri, tidak seperti yang direncanakan oleh Jepang. Orang yang dianggap paling tepat untuk melaksanakan itu adalah Soekarno-Hatta. Karena mereka menolak usul pemuda itu, pemuda memutuskan untuk membawa mereka ke luar kota yaitu Rengasdengklok, letaknya yang terpencil yakni 15 km ke arah jalan raya Jakarta-Cirebon. Menurut jalan pemikiran pemuda jika Soekarno-Hatta masih berada di Jakarta maka kedua tokoh ini akan dipengaruhi dan ditekan oleh Jepang serta menghalanginya untuk memproklamirkan kemerdekaan ini dilakukan.
     Pemilihan Rengasdengkolk sebagai tempat pengamanan Soekarno-Hatta, didasarkan pada perhitungan militer. Antara anggota Peta Daidan Purwakarta dan Daidan Jakarta terdapat hubungan erat sejak mereka mengadakan latihan bersama. Secara geografis, Rengasdengklok letaknya terpencil. Dengan demikian akan dapat dilakukan deteksi dengan mudah terhadap setiap gerakan tentara Jepang yang hendak datang ke Rengasdengklok, baik yang datang dari arah Jakarta, maupun dari arah Bandung atau Jawa Tengah. Tujuan penculikan kedua tokoh ini selain untuk mengamankan mereka dari pengaruh Jepang, juga agar keduanya mau segera memproklamirkan kemerdekaan Indonesia terlepas dari segala ikatan dengan Jepang. Pada dasarnya Soekarno dan Hatta tidak mau ditekan oleh anak-anak muda itu, sehingga mereka tidak mau memproklamirkan kemerdekaan. Dalam suatu pembicaraan dengan Shodanco Singgih, Soekarno memang menyatakan kesediannya untuk mengadakan proklamasi segera setelah kembali ke Jakarta. Melihat sikap Soekarno ini, maka para pemuda berdasarkan rapatnya yang terakhir pada pukul 00.30 waktu Jawa jaman Jepang (24.00 WIB) tanggal 16 Agustus 1945 terdapat keputusan akan menghadakan penculikan terhadap Soekarno dan Hatta dalam rangka upaya pengamanan supaya tidak terpengaruh dari segala siasat Jepang. Pada tanggal 16 Agustus 1945 pukul 04.30 (waktu Jepang) atau pukul 04.00 WIB penculikan (menurut golongan tua) dilaksanakan. Tidak diketahui secara jelas siapakah yang memulai peristiwa ini. Ada yang mengatakan Sukarni-lah yang membawa Soekarno-Hatta dini hari ke Rengasdengklok. Menurut Soekarno Sjahrir-lah yang menjadi pemimpin penculikan dirinya dengan Hoh. Hatta.
    Walaupun sudah diamankan ke Rengasdengklok, Soekarno-Hatta masih tetap dengan pendiriannya. Sikap teguh Soekarno-Hatta itu antara lain karena mereka belum percaya akan berita yang diberikan oleh pemuda serta berita resmi dari Jepang sendiri belum diperoleh. Seorang utusan pemuda yang bernama Yusuf Kunto dikirim ke Jakarta untuk melaporkan sikap Soekarno-Hatta dan sekaligus untuk mengetahui persiapan perebutan kekuasaan yang dipersiapkan pemuda di Jakarta.
         Achmad Subardjo datang ke Rengasdengklok dan berhasil menyakinkan para pemuda bahwa proklamasi pasti akan diucapkan keesokan harinya pada tanggal 17 Agustus 1945. Sehingga pada tangal 16 Agustus 1945 malam hari Soekarno-Hatta dibawa kembali ke Jakarta. Sementara itu di Jakarta telah terjadi kesepakatan antara golongan tua, yakni Achmad Soebardjo dengan Wikana dari golongan muda untuk mengadakan proklamasi di Jakarta.
      Laksamana Muda Maeda bersedia untuk menjamin keselamatan mereka selama berada di rumahnya. Berdasarkan kesepakatan itu Jusuf Kunto dari pihak pemuda dan Soebardjo yang diikuti oleh sekretaris pribadinya mbah Diro (Sudiro) menuju Rengasdengklok untuk menjemput Soekarno. Semua ini dilakukan tidak lepas dari rasa prihatin sebagai orang Indonesia, sehingga terpanggil untuk menghusahakan agar proklamasi kemerdekaan Indonesia dapat dilaksanakan secepat mungkin.
          Namun sebelumnya perlu mempertemukan perbedaan pendapat antara golongan tua dan muda. Untuk itu maka Soekarno dan Hoh. Hatta harus terlebih dahulu kembali dari Rengasdengklok ke Jakarta. Rombongan yang terdiri dari Achmad Soebardjo, Sudiro dan Yusuf Kunto segera berangkat menuju Rengasdengklok, tempat dimana Soekarno dan Moh.Hatta diamankan oleh pemuda. Rombongan tiba di Rengasdengklok pada jam 19.30 (waktu Tokyo) atau 18.00 (waktu Jawa Jepang) atau pukul 17.30 WIB dan bermaksud untuk menjemput dan segeramembawa Seoekarno-Hatta pulang ke Jakarta. Perlu ditambahkan juga, disamping Soekarno dan Hatta ikut serta pula Fatmawati dan Guntur Soekarno Putra. Peranan Achmad Subardjo sangat penting dalam peristiwa ini, karena mampu mempercayakan para pemuda, bahwa proklamasi akan dilaksanakan keesokan harinya paling lambat pukul 12.00 WIB. Ini dapat dikabulkan dengan jaminan nyawanya sebagai taruhannya. Akhirnya Subeno komandan kompi Peta setempat bersedia melepaskan Soekarno-Hatta ke Jakarta. Achmad Subardjo adalah seorang yang dekat dengan golongan tua maupun muda,bahkan dia juga sebagai penghubung dengan pemuka angkatan laut Jepang Laksamana Madya Maeda. Dan melalui dia, Maeda menawarkan rumahnya sebagai tempat yang amandan terlindung untuk menyusun naskah Proklamasi Kemerdekaan Republik yang sudah lama ditunggu-tunggu.

D.    Penyusunan Teks Proklamasi
Bertitik tolak dari keadaan yang demikian, kedudukan Maeda baik secara resmi maupun pribadi menjadi sangat penting. Dan justru dalam saat-saat yang genting itu, Maeda telah menunjukkan kebesaran moralnya. Berdasarkan keyakinan bahwa kemerdekaan merupakan aspirasi alamiah dan yang tidak terhindarkan dukungannya kepada tujuan kebebasan Indonesia. Di tempat kediaman Maeda Jalan Imam Bonjol No.1 Jakarta teks prokamasi ditulis. Kalimat yang pertama yang berbunyi “Kami rakyat Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan kami” kemudian berubah menjadi “Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia” berasal dari Achmad Subardjo. Kalimat kedua oleh Soekarno yang berbunyi “Halhal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain akan diselenggarakan dengan cara yang secermat-cermatnya serta dalam tempo yang sesingkat-singkatnya”. Kedua kalimat ini kemudian digabung dan disempurnakan oleh Moh. Hatta sehingga berbunyi seperti teks proklamasi yang kita miliki sekarang.Sekarang timbullah masalah siapakah yang akan menandatangani naskah proklamasi. Soekarno menyarankan agar semua yang hadir menandatangai naskah proklamasi itu selaku “Wakil-wakil Bangsa Indonesia”. Saran itu mendapat tantangan daripara pemuda. Kemudian Sukarni selaku salah seorang pimpinan pemuda mengusulkan, agar Soekarno-Hatta menandatangani atas nama bangsa Indonesia. Usul ini diterima dengan suara bulat. Selanjutnya Soekarno minta kepada Sayuti Melik untuk mengetik naskah tulisan tangan tersebut.

E.     Proklamasi Kemerdekaan Indonesia


Sebelum teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dibacakan, terlebih dahulu Soekarno menyampaikan pidatonya, lengkapnya sebagai berikut:

“Saudara-saudara sekalian !

Saja sudah minta saudara-saudara hadir disini untuk menjaksikan satu peristiwa maha penting dalam sejarah kita. Berpuluh-puluh tahun kita bangsa Indonesia telah berdjoang untuk kemerdekaan tanah air kita. Bahkan telah beratus-ratus tahun ! Gelombangnja aksi kita untuk mentjapai kemerdekaan kita itu ada naik dan ada turunnya, tetapi djiwa kita tetap menudju kearah tjita-tjita.

Djuga di dalam djaman Djepang, usaha kita untuk mentjapai kemerdekaan nasional tidak henti-henti. Didalam djaman Djepang ini, tampaknja sadja kita menjandarkan diri kepada mereka. Tetapi pada hakekatnya, tetap kita menjusun tenaga kita sendiri, tetap kita pertjaja kepada kekuatan sendiri.

Sekarang tibalah saatnja kita benar-benar mengambil nasib bangsa dan nasib tanah air di dalam tangan kita sendiri. Hanja bangsa jang berani mengambil nasib dalam tangan sendiri akan dapat berdiri dengan kuatnja. Maka kami, tadi malam telah mengadakan musjawarat dengan pemuka-pemuka rakjat Indonesia, dari seluruh Indonesia. Permusjawaratan itu seia-sekata berpendapat, bahwa sekaranglah datang saatnja untuk menjatakan kemerdekaan kita.

Saudara-saudara ! Dengan ini kami njatakan kebulatan tekad itu. Dengarlah proklamasi kami:

Ada tiga perubahan yang terdapat pada naskah yaitu kata tempoh diganti menjadi tempo, sedangkan wakil-wakil bangsa Indonesia diganti dengan Atas nama Bangsa Indonesia dan Djakarta 17-8-05 menjadi Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05. Teks Proklamasi ini akhirnya diproklamirkan pada hari Jumat Legi pada pukul 10.00 WIB di Jalan pegangsaan Timur No.56 Jakarta. Dalam peristiwa proklamasi itu, disusunlah acara sebagai berikut:

1.      Pembacaan Proklamasi.
Disampaikan oleh Soekarno, kemudian dilanjutkan dengan pidato singkat berbunyi:
·        Demikianlah, saudara-saudara !

·        Kita sekarang telah merdeka!

·        Tidak ada satu ikatan lagi yang mengikat tanah-air kita bangsa kita!

·        Mulai saat ini kita menyusun Negara kita! Negara Merdeka, Negara Republik

·        Indonesia, medeka kekal dan abadi.
·        Insya allah, Tuhan memberkati kemerdekaan kita itu!
2.      Pengibaran bendera Merah Putih.
     Pengibaran dilaksanakan oleh Suhud dan Latief Hendradiningrat. Namun secara spontan peserta menyanyikan lagu Indonesia Raya, sehingga sampai sekarang pengibaran bendera Merah Putih dalam setiap upacara bendera selalu diiringi dengan lagu Kebangsaan Indonesia Raya.
3.      Sambutan Wali Kota Suwirjo dan dr. Muwardi.
    Peristiwa besar tersebut hanya berlangsung lebih kurang satu jam lamanya. Namun demikian pengaruhnya besar sekali, sebab perstiwa tersebut telah membawa perubahan yang luar biasa dalam kehidupan bangsa Indonesia. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia itu bukan hanya sebagai tanda bahwa sejak itu bangsa Indonesia telah merdeka, tetapi di sisi lain juga merupan detik penjebolan tertib hukum kolonial dan sekaligus detik pembangunan bagi tertib hukum nasional, suatu tertib hukum Indonesia. Proklamasi kemerdekaan itu merupakan salah satu sarana untuk merealisasikan masyarakat Indonesia yang merdeka, berdaulat, adil dan makmur, serta untuk ikut membentuk “dunia baru” yang damai dan abadi, bebas dari segala penghisapan manusia oleh manusia dan bangsa oleh bangsa lain.

    F.   Makna Proklamasi
   Menurut kalimat-kalimat yang terdapat di dalam teks Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 berisi suatu pernyataan kemerdekaan yang memberi tahu kepada bangsa Indonesia sendiri dan kepada dunia luar, bahwa saat itu bangsa Indonesia telah merdeka, lepas dari penjajahan. Bangsa Indonesia benar-benar telah siap untuk mempertahankan kemerdekaan yang telah diproklamasikannya itu, demikian juga siap untuk mempertahankan negara yang baru didirikan tersebut. Hal itu ditunjukkan oleh kalimat pertama pada naskah proklamasi yang berbunyi: “Kami banga Indonesia, dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia”. Apabila ditelaah, maka proklamasi kemerdekaan itu mengandung beberapa aspek:
1.    Dari sudut Ilmu Hukum, maka proklamasi atau pernyataan yang berisikan keputusan bangsa Indonesia telah menghapuskan tata hukum kolonial untuk pada saat itu juga digantikan dengan tata hukum nasional (Indonesia).
2. Dari sudut politik-ideologis, maka proklamasi atau pernyataan yang berisikan keputusan bangsa Indonesia telah berhasil melepaskan diri dari segala belenggu penjajahan dan sekaligus membangun perumahan baru, yaitu perumahan Negara Proklamasi Republik Indonesia yang bebas, merdeka dan berdaulat penuh.
3.  Proklamasi Kemerdekaan ialah suatu alat hukum internasional untuk menyatakan kepada rakyat dan seluruh dunia, bahwa bangsa Indonesia mengambil nasib ke dalam tangannya sendiri untuk menggenggam seluruh hak kemerdekaan yang meliputi bangsa, tanah air, pemerintahan dan kebahagiaan rakyat.
4.  Proklamasi sebagai dasar untuk meruntuhkan segala hal yang mendukung kolonialisme, imperialisme dan selain itu proklamasi adalah dasar untuk membangun segala hal yang berhubungan langsung dengan kemerdekaan nasional.
5.     Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 juga dapat dipandang sebagai puncak perjuangan rakyat Indonesia dalam mencapai kemerdekaannya. Perjuangan rakyat tersebut telah mengorbankan harta benda, darah dan jiwa yang berlangsung sudah sejak berabad-abad lamanya untuk membangun persatuan dan kesatuan serta merebut kemerdekaan bangsa dari tangan penjajah.
6.   Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 bertujuan untuk kebahagiaan seluruh rakyat Indonesia. Agar kita bahagia, antara lain harus ada kesamaan diantara kita semua meliputi berbagai bidang misalnya bidang ideologi, bidang politik, bidang ekonomi, bidang hukum, bidang sastra kebudayaan, pendidikan dan lain-lain. Dengan berhasil diproklamirkannya kemerdekaan, maka bangsa dan negara Indonesia telah lahir sebagai bangsa dan negara yang merdeka, baik secara de fakto maupun secara de jure.

G. Dukungan Daerah Terhadap Pembentukan Negara dan Pemerintahan Republik Indonesia.

       Proklamasi Kemerdekaan telah dibentuk negara Republik Indonesia. Ada beberapa langkah yang dilakukan oleh PPKI dalam rangka untuk menyempurnakan Indonesia sebagai negara dengan pemerintahan yang sah yaitu:

·
         Pertama, pada tanggal 18 Agustus 1945
1.   Mengesahkan dan menetapkan Undang-Undang dasar Republik Indonesia yang kemudian dikenal sebagai Undang-Undang Dasar 1945.
2.  Memilih Ir. Soekarno sebagai Presiden dan Drs. Moh. Hatta sebagai Wakil Presiden.
3.      Pembentukan Komite Nasional Indonesia Pusat sebagai lembaga legislatifnya.

·
         Kedua, tanggal 19 Agustus 1945
1.      Pembagian wilayah Indonesia menjadi, terdiri atas 8 propinsi yaitu; Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Borneo (Kalimantan), Sulawesi, Maluku, Sunda Kecil, dan Sumatra.
2.      Pembentukan Komite Nasional Indonesia di daerah.
3.  Membentuk 13 kementrian yaitu; Departemen Dalam Negeri, Departemen Luar Negeri, Departemen Kehakiman, Departemen Keuangan, Departemen Kemakmuran, Departemen Kesehatan, Departemen Pengajaran,Pendidikan dan Kebudayaan, Departemen Sosial, Departemen Pertahanan, Departemen Perhubungan, dan Departemen Pekerjaan Umum.

·
         Ketiga, tanggal 22 Agustus 1945
1.      Pembentukan Komite Nasional.
2.      Pembentukan Partai nasional Indonesia,dan
3.      Pembentukan Badan Keamanan Rakyat.
            Kemerdekaan yang diproklamirkan tersebut ternyata mendapat sambutan yang luar biasa dari daerah-daerah. Respon penting yang perlu mendapat perhatian adalah dari Yogyakarta. Pada tanggal 5 September 1945 Sri Sultan Hamengku Buwono IX menyatakan Negeri Ngayogyokarto Hadidingrat yang bersifat kerajaan sebagai Daerah Istimewa dalam Negera Republik Indonesia. Penyambutan kemerdekaan terus terjadi, pada tanggal 19 September 1945 terjadi dua peristiwa penting di tanah air secara bersamaan. Di Surabaya terjadi peristiwa yang dikenal dengan nama Insiden Bendera di Hotel Oranye yaitu perobekan bendera tiga warna (merah, putih, dan biru) milik Belanda menjadi dua warna (merah putih). Di Jakarta terjadi rapat raksasa di Lapangan IKADA (Ikatan Atletik Djakarta) untuk menyambut Proklamasi Kemerdekaan . Untuk menghindari terjadinya pertumpahan darah, maka Presiden Soekarno berkata:
“Percayalah rakyat kepada pemerintah Republik Indonesia. Kalau memang saudara-saudara percaya kepada pemerintah Republik yang akan mempertahankan Proklamasi Kemerdekaan itu, walaupun dada kami akan dirobek-robek, kami tetap akan mempertahankan. Maka berilah kepercayaan itu kepada kami dengan cara tunduk kepada perintah-perintah dan tunduk kepada disiplin”.
            Di Yogyakarta, perebutan kekuasaan secara serentak dimulai tanggal 26 September 1945. Sejak pagi semua pegawai instansi pemerintahan dan perusahaan-perusahaan yang dikuasai oleh Jepang mengadakan aksi pemogokan. Mereka memaksa orang-orang Jepang agar menyerahkan kantor mereka kepada orang Indonesia.

Document Lihat dibawah
Atau Ini Silahkan Buka


Document Lihat dibawah
Atau Ini Silahkan Buka

Comments

Popular posts from this blog

S. Suhud (Kelompok 8)

S. Suhud Pengibar Bendera Pusaka Sewaktu Proklamasi Oleh : Imani Wegig W            (17) Prastowo Widayanto          (25) XI MIPA 2

F.Wuz dan Yusuf Ronodipuro (kelompok 13)

Kelompok 13 : 1. Alvian Dea Yuliyani (04) 2. Joko Triyanto (19) 3. Lutfia Dwi Rosiani (21) F.Wuz dan Yusuf Ronodipuro  

Batas Wilayah Negara Indonesia Bagian Timur, Barat, Utara, Dan Selatan

Batas Wilayah Negara Indonesia Bagian Timur, Barat, Utara, Dan Selatan - Disamping rakyat dan pemerintahan, Wilayah adalah komponen internal yang harus dimiliki suatu negara. Maka dari itu setiap negara yang sudah merdeka diwajibkan memiliki batasan-batasan wilayah sesuai dengan ketentuan internasional. Pada artikel kali ini materi4belajar akan membahas tentang Batas Wilayah Negara Kesatuan Indonesia (NKRI) secara lengkap. Batas Wilayah Negara Indonesia Bagian Timur, Barat, Utara, Dan Selatan Seperti yang kita ketahui, Negara memerlukan wilayah, dan setiap wilayah yang dimiliki suatu negara tentunya juga memiliki batasan. Batas Wilayah Negara digunakan untuk mengatur dan menandai peraturan dari negara yang bersangkutan. Indonesia juga memiliki batas wilayah untuk memisahkan wilayah Negara Indonesia dan Negara lain. Telah diatur didalam Amandemen UUD RI tahun 1945 Bab IX A tentang Wilayah Negara, Pasal 25 A Menegaskan bahwa "Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah