TUGAS
KELOMPOK SEJARAH
Pengerahan
Massa/Rakyat dan Eksploitasi Sumber Daya Alam
Masa
Pendudukan Jepang
Disusun
:
1.
Alvian Dea Yuliyani (04)
2. Ayunda Hafshah (09)
2. Ayunda Hafshah (09)
3.
Fajar Agus P (14)
4.
Joko Triyanto (19)
5.
Nisa Ayu Rizana (24)
6.
Sarah Mulawati (29)
XI MIPA 2
SMA
Negeri 1 Boyolali
Tahun Pelajaran
2015/2016
Pengerahan
Massa/Rakyat dan Eksploitasi Sumber Daya Alam
Masa
Pendudukan Jepang
Politik imperialisme Jepang di Indonesia berorientasi pada
eksploitasi sumber daya alam dan manusia. Jepang melakukan eksploitasi sampai
tingkat pedesaan. Dengan kekerasan berbagai cara, Jepang menguras kekayaan alam
dan tenaga rakyat melalui janji-janji.
Sadar bahwa posisinya dalam menghadapi Perang Asia Timur Raya,
pemerintah Bala Tentara Jepang berusaha untuk menarik simpati bangsa Indonesia
dengan berbagai cara :
- Mengklaim dirinya sebagai saudara tua bangsa Indonesia yang datang untuk melepaskan bangsa Indonesia dari cengkeraman penjajahan Belanda
- Memperdengarkan lagu Indonesia Raya dengan intensitas yang sering pada siaran radio Tokyo
- Membebaskan para tokoh pemimpin bangsa Indonesia yang diasingkan oleh Belanda, seperti ; Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta
- Melarang penggunaan bahasa Belanda dan mengizinkan penggunaan bahasa Indonesia dalam percakapan resmi
- Melakukan propaganda Gerakan Tiga A, yang meliputi :
a. Nipon Cahaya Asia
b. Nipon Pelindung Asia
c. Nipon Pemimpin Asia
Berbagai bentuk cara pemerintah bala tentara Jepang untuk menarik
simpati bangsa Indonesia pada masa awal kedatangannya di Indonesia, cukup
mendapat sambutan yang baik dari bangsa Indonesia, apalagi bangsa Indonesia,
khususnya masyarakat Jawa sangat percaya pada “Jongko Joyoboyo” (Ramalan Joyoboyo)
yang menyebutkan akan datangnya “Jago wiring kuning cebol kepalang soko wetan”
yang akan berkuasa di Jawa seumur jagung.
Namun kedatangan pasukan Jepang dengan segala propagandanya tersebut
merupakan mimpi buruk bangsa Indonesia yang mengharapkan terbebas dari belenggu
penjajahan.
Berbagai tindakan pemerintahan bala tentara
Jepang sangat menyengsarakan bangsa Indonesia:
a. Pemerasan Sumber Daya Alam
Pemerintah pendudukan Jepang merupakan pemerintahan militer. Oleh karena itu, sesuai dengan keadaan perang pada saat itu, semua jenis kegiatan diarahkan untuk kepentingan perang. Pemerintah pendudukan Jepang telah melakukan eksploitasi secara besar-besaran terhadap sumber daya alam Indonesia serta tenaga manusia yang ada demi memenangkan perang melawan sekutu.
a. Pemerasan Sumber Daya Alam
Pemerintah pendudukan Jepang merupakan pemerintahan militer. Oleh karena itu, sesuai dengan keadaan perang pada saat itu, semua jenis kegiatan diarahkan untuk kepentingan perang. Pemerintah pendudukan Jepang telah melakukan eksploitasi secara besar-besaran terhadap sumber daya alam Indonesia serta tenaga manusia yang ada demi memenangkan perang melawan sekutu.
Cara-cara Jepang
untuk mengeruk kekayaan alam / bahan mentah guna kepentingan industri perang
diantaranya :
- Semua harta peninggalan Belanda di Indonesia di sita
- Melakukan monopoli penjualan hasil perkebunan
- Melancarkan kampanye pengerahan barang-barang dan menambah bahan pangan secara besar besaran
- Tanaman perkebunan yang tidak berguna dimusnahkan dan diganti dengan tanaman pangan
- Rakyat hanya boleh memiliki 40 % dari hasil panen, sedangkan yang 60 % harus diserahkan kepada Jepang
- Rakyat dibebani tambahan untuk menanam pohon jarak sebagai bahan minyak pelumas senjata dan mesin perang.
b.
Pemerasan Sumbar Daya Manusia
Untuk memanfaatkan tenaga bangsa Indonesia dalam membantu kepentingan Jepang dalam Perang Asia Timur
Raya, pemerintah bala tentara Jepang melaksanakan Romusha yaitu bentuk kerja
paksa seperti halnya pada masa pemerintahan Hindia Belanda (Kerja Rodi) juga terjadi pada masa
pendudukan bala tentara Jepang, yang disebut dengan Romusha. Para tenaga kerja
paksa ini dipaksa sebagai tenaga pengangkut bahan tambang (batu bara) ,
pembuatan rel kereta api serta mengangkut hasil hasil perkebunan.Tidak
terhitung berapa ratus ribu bahkan jutaan rakyat Indonesia yang menjadi korban
romusha. Untuk menarik simpati bangsa Indonesia terhadap Romusha, Jepang
menyebut romusha sebagai “Pahlawan Pekerja/Prajurit Ekonomi”
Kebijakan
Pemerintahan Militer Jepang
Upaya Jepang untuk mempertahankan Indonesia
sebagai wilayah kekuasaannya serta menarik simpati rakyat Indonesia meliputi
bidang :
1. Bidang Politik
Dalam usaha menarik simpati bangsa Indonesia dengan tujuan agar
rakyat mau membantu Jepang dalam Perang Asia Timur Raya, Jepang mengumandangkan
semboyan 3A yakni : “Jepang Cahaya Asia, Jepang Pelindung Asia, Jepang Pemimpin
Asia”. Hal ini menyatakan bahwa kehadiran Jepang di Asia, termasuk Indonesia
adalah untuk membebaskan Asia dari penjajahan bangsa Barat, Jepang menyebut
dirinya sebagai saudara tua bangsa Indonesia yang akan membebaskan bangsa
Indonesia dari penjajahan Belanda.Namun kenyataannya yang dikatakan Jepang
tidak sesuai dengan kenyataannya. Jepang memperlakukan bangsa Indonesia dengan
tidak adil, sangat kejam , mereka memeras dan menindas rakyat diluar batas peri
kemanusiaan.
2. Bidang Ekonomi
Untuk memenuhi kebutuhan perang Jepang dan industrinya , maka Jepang
melakukan eksploitasi terhadap sumber kekayaan alam Indonesia. Hal ini berupa
eksploitasi dibidang hasil pertanian, perkebunan, hutan, bahan Tambang, dan
lain-lain.
Kekayaan alam yang diambil Jepang dari hasil menguras kekayaan alam
Indonesia ini hanya untuk kepentingan perang Jepang tanpa memperhatikan
kesejahteraan rakyat.Sebagai dampak dari eksploitasi besar-besaran sumber
kekayaan alam Indonesia adalah kesengsaraan rakyat Indonesia berupa kekurangan
sandang, pangan serta menderita kemiskinan.Rakyat hidup serba kekurangan ,
kelaparan karena sumber makanan diangkut Jepang untuk konsumsi tentaranya.
Untuk pakaianpun rakyat menggunakan bahan yang tidak layak pakai seperti goni
yang keras dan kasar. Hal in terjadi karena kapas yang seharusnya dijadikan
kain atau pakaian ternyata dibawa ke Jepang untuk diolah demi kepentingan
Jepang itu sendiri.
3. Bidang Sosial Budaya
Dibidang sosial, kehadiran Jepang selain membuat rakyat menderita
kemiskinan karena kekurangan sumber daya alam, hal lain juga terjadi yang
berupa pemanfaatan sumber daya manusia. Pengerahan tenaga manusia untuk
melakukan kerja paksa (Romusha) serta dilibatkannya para pemuda untuk masuk
dalam organisasi militer maupun semi militer.
Dibidang budaya terjadi keharusan menggunakan bahasa Jepang di
samping bahasa Indonesia. Rakyat juga diharuskan membungkukan badan kearah
timur sebagai tanda hormat kepada kaisar di Jepang pada setiap pagi hari
(Seikerei). Hal ini tentu saja sangat menyinggung rakyat Indonesia yang
mayoritas muslim, karena dianggap menyembah kepada kaisar Jepang yang dianggap
sebagai keturunan dewa matahari, padahal orang muslim hanya melakukan
penghormatan kepada Allah SWT.
Rakyat Indonesia dengan cara menjalin kerjasama
dengan pihak Jepang. Mereka seolah bekerja untuk kepentingan Jepang padahal
tujuannya untuk mencapai Indonesia merdeka.
Dampak
kebijakan pendudukan Jepang
Adanya pemerasan yang dilakukan pendudukan Jepang terhadap rakyat,
menimbulkan kemiskinan dan kesengsaraan. Persediaan sandang menipis, sehingga
rakyat mengenakan kain goni. Akibat kewajiban setor panen padi, rakyat
kekurangan makanan. Kesehatan rakayat makin menurun, dimana sarana kesehatan
makin langka, biaya perawatan makin sedikit disediakan, obat-obatan juga makin
langka. Kondisi demikian berakibat penyakit mudah menyebar. Data statistik
membuktikan bahwa di Wonosobo, angka kematian mencapai 53,7 %, sedangkan di
Purworejo mencapai 24,7 %.
Berbagai kebijakan yang menimbulkan kerugian dan penderitaan rakyat
tersebut berakibat timbulnya perlawanan di berbagai daerah. Di Cot Plieng,
Aceh, Tengku Abdul Jalil mengadakan perlawanan terhadap Jepang (10 Nopember
1942). Di Sukamanah (Jawa Barat), KH. Zainal Mustofa memimpin perlawanan rakyat
terhadap Jepang. Adapun penyebabnya adalah peraturan Seikerei yang dianggap
menyimpang dari ajaran Islam dan penderitaan rakyat yang makin meningkat.
Perlawanan berlangsung juga tidak seimbang (25 Pebruari 1944). Zainal Mustofa
ditangkap dan dihukum mati oleh pendudukan Jepang.
Di Indramayu (Jawa Barat), terjadi perlawanan rakyat yang disebabkan
penderitaan rakyat akibat setoran padi dan romusha. Perlawanan dapat dipadamkan
oleh Jepang (April 1944). Teuku Hamid, perwira Giyugun memimpin perlawanan
rakyat dengan membawa serta satu peleton anak buahnya masuk hutan. Karena
diancam keluarganya akan dibunuh, maka mereka menyerah (Nopember 1944). Kesatuan Peta di Blitar mengadakan perlawanan
terhadap Jepang (14 Pebruari 1945) yang dipimpin Supriyadi, Muradi, Suparyono,
Sunanto, Sudarno, Halil dan dr. Ismangil. Mereka keluar asrama dan masuk hutan
mengadakan perlawanan. Perlawanan dapat dipadamkan dimana para pemimpinnya
dapat ditangkap dan dijatuhi hukuman yang berat. Adapun tokoh Supriyadi dapat
meloloskan diri dan keberadaannya pada masa berikutnya tidak diketahui secara
jelas. Sampai saat ini masalah keberadaan Supriyadi masih menjadi bahan
perdebatan para sejarawan.
Comments
Post a Comment