XI MIPA 2
KElOMPOK I
- Adi Zanuwar (01)
- Anisa Rizky Indriastuti (06)
- Eni Nur Hidayati (11)
- Grinta Satria Nugraha (16)
- Lutfia Dwi Rosiani (21)
- Rena Septiyaningrum (26)
- Wulan Maulia (31)
Kebijakan Jepang Pada Masa Awal Kependudukan
Pada
tanggal 8 Desember 1941 angkatan udara Jepang melakukan serangan mendadak
terhadap Pearl Harbour yang menyebabkan meluasnya perang dunia II sampai ke Asia Timur Raya (pasifik) yang
pada waktu itu Jepang sedang berperang melawan sekutu termasuk Belanda.Dengan
adanya perang dunia II memberikan akibat bagi rakyat Indonesia,dimana dampak
positifnya yaitu imperialisme Belanda di Indonesia berakhir,dan lepas sudah
penderitaan Indonesia dari penjajahan Belanda. Sedangkan dampak negatifnya, bangsa
Indonesia memasuki penderitaan baru yaitu cengkraman penjajahan Jepang.
Sebelum
membahas tentang kebijakan Jepang di Indonesia, kita akan membahas sedikit
tentang proses masuknya Jepang ke Indonesia. Awal kedatangan Jepang ke
Indonesia disambut dengan baik serta gembira oleh rakyat Indonesia, karena
Jepang berusaha menarik simpati rakyat dengan mengumandangkan propaganda yang
menyebut dirinya sebagai saudara tua bagi Indonesia,dan kedatangan Jepang ke
Indonesia adalah untuk membantu membebaskan rakyat Indonesia dari jajahan
Belanda dan mengusirnya. Selain itu juga menjanjikan kemerdekaan bagi
Indonesia. Jepang pun memberitahukan kepada rakyat Indonesia bahwasanya Belanda
merupakan musuh dari Jepang (termasuk Inggris dan Amerika Serikat). Sebab bagi
pemerintah Jepang dalam masa perang itu hanya ada dua pihak yaitu kawan dan lawan.
Sebagai
saudara tua,kedatangannya di Indonesia harus dipandang sebagai pelindung dan
pemimpin yang akan mendatangkan kemakmuran bersama di Asia Timur Raya (Jepang
mengajak Indonesia bersama-sama dalam membentuk kemakmuran). Sehingga, strategi
yang dipergunakan Jepang dapat meyakinkan rakyat, tokoh, dan pemuda-pemuda
Indonesia. Srategi ini dilakukan agar tidak ada kecurigaan atas kehadiran
Jepang dan dapat diterima dengan tangan terbuka oleh bangsa
Indonesia.Pemerintah Jepang memulai pendudukannya dengan memperlihatkan sikap
yang cukup manis dan berbagai janji-janji, untuk lebih menarik simpati rakyat dan
ketika itu sebagian rakyat.
Sesungguhnya
setelah beberapa bulan pendudukan Jepang, contohnya di Kalimantan Timur tidak
seorangpun yang mengetahui bahwa Jepang sudah menduduki Indonesia dalam perang
sucinya, dan secara tidak langsung Jepang sudah menggantikan kedudukan Belanda
di Indonesia atau Indonesia telah memasuki penjajahan baru. Disinilah Jepang
memulai kebijakan,dengan mempergunakan kelicikannya yang mampu membuat rakyat
Indonesia dikelabui.
1.
Kebijakan
Jepang di Bidang Pemerintahan
Jepang
memasuki Pemerintahan Indonesia secara pelan-pelan,pada awalnya rakyat masih di
bolehkan menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi disamping
menggunakan bahasa Jepang, Bendera Merah Putih boleh dikibarkan berdampingan
dengan bendera Jepang, Hinomaru. Begitu juga lagu Indonesia Raya boleh
dinyanyikan di samping lagu kebangsaan Jepang yaitu Kimigayo.Pengibaran “Sang
Saka Merah Putih” dan menyanyikan lagu Indonesia Raya ini hanya pada awal
pendudukan Jepang saja selama dua minggu berkuasa, mengikutkan rakyat dalam
berbagai organisasi resmi pembentukan Jepang,menarik simpati umat Islam dengan
mengizinkan organisasi Majelis Islam tetap berdiri,rakyat diharuskan
menyerahkan besi tua, semua harta peninggalan Belanda,dan hasil perkebunan ataupun
paprik disita.
Selain
itu, Jepang juga membagi wilayah Indonesia atas tiga daerah kekuasaan yaitu:
- Sumatra dibawah Angkatan Darat ke XXV
- Jawa dan Madura dibawah Angkatan Darat ke XVI
- Kalimantan dan Indonesia timur dibawah Angkatan Laut Armada Selatan 2. Pembagian tersebut membawa pengaruh perkembangan dan kebijakan daerah yang berlainan.
Untuk
menarik simpati dan dukungan rakyat terhadap usaha perang, Jepang memberikan
kesempatan rakyat Indonesia dalam urusan pemerintahan. Dewan Penasehat Pusat (Chuo Sangi In) dan Dewan Daerah (Shu Sangi Kai) dibentuk untuk membantu
menjalankan roda pemerintahan. Para pemimpin politik yang dipenjara pada masa
sebelumnya dibebaskan.
Birokrasi
pemerintahan masa kolonial Belanda dilakukan perubahan. Jabatan gubernur
jendral dihapus dan diganti kepala AL Jepang (Gunseikan). Sistem informasi/
pers dibentuk kantor berita Domei.
Dalam aspek keamanan, seluruh rakyat dilibatkan agar ikut bertanggungjawab
dalam keamanan daerah masing-masing.
2.
Kebijakan
di Bidang Pendidikan
Pada awalnya menjelang kedatangan invansi militer
Jepang masuk ke Indonesia, ada sebuah Sekolah Rakyat 3 tahun dan 6 tahun, yang
diasuh oleh badan swasta yaitu suatu badan yang dibantu oleh gereja Dayak
Evangelis khususnya di daerah Kalimantan. Sekolah yang diasuh oleh pihak swasta
ini merupakan sekolah pada masa Belanda. Ketika Jepang masuk, mereka menemukan
sekolah swasta ini dan tetap berjalan dan guru-gurunya digaji secara natural
oleh Jepang.Pemerintah Jepang mengambil alih semua sekolah tersebut.
Kebijakan
yang diterapkan pemerintah Jepang di bidang pendidikan adalah
- Menghilangkan diskriminasi/perbedaan yang diterapkan Belanda. Pada pemerintahan Jepang, siapa saja boleh mengenyam/merasakan pendidikan. Rakyat dari lapisan manapun berhak untuk mengenyam pendidikan formal. Jepang pun juga menerapkan jenjang pendidikan formal seperti di negaranya yaitu: SD 6 tahun, SMP 3 tahun dan SMA 3 tahun.Dimana sistem ini masih diterapkan oleh pemerintah Indonesia sampai saat ini.Pelajaran utamanya yang paling intensif sekali diajarkan kepada anak-anak sekolah adalah setiap pagi sebelum memasuki kelas selalu diadakan upacara bendera megibarkan bendera Jepang dan penghormatan kearah matahari terbit.Setelah upacara selesai disambung dengan gerak badan yang disebut dengan Taiso.
- Selain Taiso, diharuskan juga bagi semua siswa untuk melaksanakan lari berbaris sepanjang kampung yang pada waktu itu disebut Jajiasi.
- Kemudian pelajaran berupa adu kekuatan juga diberikan seperti Sumo, yakini jenis permainan dorong menorong dengan tangan yang dibatasi oleh suatu lingkaran.
Wibawa
guru-guru pada masa pemerintahan Jepang di Indonesia memang sangat
dijaga,karena setiap siswa yang bertemu dengan guru harus hormat,pemerintahan
Jepang memberikan ancaman kepada siswa yang tidak hormat dan berkebijakan untuk
membuat siswa tunduk.
Dalam
acara penaikan bendera Jepang semua siswa menyanyikan lagu kebangsaan Jepang, yaitu
Kimigayo.Satu hal yang melemahkan
dari aspek pendidikan adalah sistem pengajaran dan kurikulum disesuaikan untuk
kepentingan perang. Siswa memiliki kewajiban mengikuti latihan dasar
kemiliteran dan mampu menghapal lagu kebangsaan Jepang.
Begitu
pula dengan para gurunya, diwajibkan untuk menggunakan bahasa Jepang dan
Indonesia sebagai pengantar di sekolah menggantikan bahasa Belanda. Untuk itu
para guru wajib mengikuti kursus bahasa Jepang yang diadakan.Kebijakan lain
yang diterapkan Jepang yaitu para siswa termasuk guru-gurunya harus upacara dan
menunduk kearah matahari terbit dengan cara rukuk atau (membungkuk)yang disebut
upacara Seikeire.Apabila bendera
sedang dinaikkan tidak seorangpun boleh berjalan melaikan harus berhenti menghadap
kebendera dan memberi hormat.Disamping diharuskan hormat kepada
guru(sensei),maka setiap orangtua harus dihormati pula termasuk kepala kampung
yang pada waktu itu dinamakan Sonco.
Usaha
Jepang dalam menjepangkan rakyat
Indonesia termasuk juga para siswa dilihat dengan adanya pelajaran bahasa
Jepang. Meskipun dalam bentuk stensilan, yang khusus disusun untuk mempelajari
bahasa Jepang.Buku stensilan tersebut bernama “Langkah Pertama dan Langkah Kedua”.Disamping
mempelajari bahasa Jepang diajarkan pula huruf abjad Jepang.Sejak kelas satu
mulai di perkenalkan huruf Jepang dari abjad Katagana,selanjutnya untuk kelas-kelas tinggi diajarkan abjad Hiragana dan kemudian abjad Kanji.
Dengan
demikian,secara sistematis sekali pendudukan militer Jepang itu ingin menjepangkan anak-anak Indonesia mulai
dengan bahasa hurufnya Sekolah Rakyat.Untuk keperluan menulis para siswa
memakai batu tulis berwarna hitam.Untuk menanamkan semangat patriotisme dihati
rakyat dalam hal menyanjung Perang Asia Timur Raya,pemerintah Jepang
menciptakan lagu khusus tentang keberanian seorang Heiho yang diberinya judul Amat
Heiho,ceritanya menyerang sekutu sampai harus rela tewas demi kejayaan
negara Jepang.
Sekolah
Rakyat 3 tahun pada waktu itu diberi nama Futu
Gakko, sedangkan Sekolah rakyat 6 tahun diberi nama Ku Gakko.Sekolah-sekolah baru tidak ada didirikan oleh pemerintahan
Jepang tapi hanya meneruskan sekolah-sekolah swasta saja.Selain itu bagi para
siswa yang ingin melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi,maka
diberi kesempatan yang bernama Sihan
Gakko.
Hal
ini dapat dipahami,pendidikan yang diberikan Jepang pada rakyat pribumi
semata-semata hanya untuk kepentingan Jepang,tanpa memikirkan kemajuan
pendidikan rakyat pribumi,karena melalui pendidikan,pemerintahan Jepang mulai
memasukkan rasa simpati kepada rakyat,terutama dalam mengenyam pendidikan yang
di zaman Belanda untuk masuk Sekolah Rakyat saja sangat susah, karena hanya orang tertentu saja yang
diperbolehkan untuk sekolah.Sedangkan Jepang sebaliknya,namun tujuan sebenarnya
untuk menjepangkan rakyat Indonesia
dan rasa kecintaan kepada Jepang.
3.
Kebijakan
Jepang membentuk berbagai Organisasi
Masa
pendudukan Jepang partai politik dibubarkan dan dibentuk perkumpulan atau
organisasi yaitu:
a) Gerakan
3A
Dengan
isinya:
- Nippon cahaya Asia
- Nippon pelindung Asia
- Nippon pemimpin Asia.
Dipimpin oleh Syamsuddin.Tujuannya didirikan untuk
menanamkan kepercayaan kepada rakyat bahwa Jepang adalah pembela Indonesia.
b) MIAI (Majlis Islam A'la Indonsia)
Organisasi ini masih tetap berjalan karena masih diperbolehkan Jepang karena tidak termasuk kedalam partai politik.Pemimpinnya KH. Masmansyur.
c) PUTERA (Pusat tenaga rakyat)
Dibentuk
pada 1 Maret 1943, yang dipimpin oleh empat serangkai yaitu : Ir.Soekarno, Moh.Hatta,
KH.Dewantara dan KH.Masmansyur. Tujuannya dibentuk untuk memberikan pembelaan
kepada Jepang. Tetapi bagi tokoh-tokoh Indonesia justru untuk membina
kader-kader bangsa dan menggembleng mental rakyat agar mampu berjuang menuju
kemerdekaan.
d) Peta
Kemudian,
untuk mempertahankan tanah air Indonesia, pada tanggal 3 Oktober 1943 Jepang
membentuk barisan sukarela yang disebut Pembela Tanah Air yang disingkat PETA.
Peta ini terdiri dari pemuda-pemuda Indonesia yang dilatih sebagai prajurit di
bawah pengawasan opsir-opsir Jepang.Namun kemudian Peta inilah yang kemudian
menjadi inti dari Tentara Nasional Indonesia (TNI) pada zaman Revolusi
Kemerdekaan.
Dengan
adanya Peta ini, diharapkan rakyat Indonesia dapat mempertahankan wilayahnya
sendiri, apabila sewaktu-waktu Jepang meninggalkan negeri ini. Itulah sebabnya,
maka disetiap kabupaten dibentuk Peta. Nama Peta untuk tingkat kabupaten
disebut Daidan, dan dikepalai oleh
seorang Daidanco.
4. Kebijakan Jepang di Bidang
Militer
Jepang menyadari perlunya bantuan penduduk setempat dalam rangka mempertahankan kedudukannya di kawasan Asia. Pada bulan April 1943, pemerintah militer Jepang secara intensif mulai mengorganisir barisan pemuda. Barisan pemuda ini berciri semi militer maupun militer. Tujuan Jepang adalah untuk mendidik dan melatih para pemuda agar mampu mempertahankan tanah air Indonesia dari serangan pasukan Sekutu.
a) Seinendan
(Barisan pemuda) sejarah mencatat pembentukannya ada yang bulan Maret dan ada
juga yang mengatakan bulan April 1943,dengan anggota para pemuda yang berusia
14-25 tahun.
b) Keibodan (Barisan pembantu polisi/ pejuang kewaspadaan),dibentuk pada 29 April 1943.Dengan anggotanya yang berumur 25-30 tahun.
b) Keibodan (Barisan pembantu polisi/ pejuang kewaspadaan),dibentuk pada 29 April 1943.Dengan anggotanya yang berumur 25-30 tahun.
d) Heiho
(Pasukan pembantu) sebagai bagian dari AD dan AL Jepang, dibentuk bulan April
1943,yang berusia 18-25 tahun.
e) Barisan
Pelopor (Seisyintai)
Pada tahun 1944,Jepang semakin terdesak dalam perang
Pasifik.Satu demi satu daerah pendudukannya jatuh ke tangan pihak sekutu.Untuk
meningkatkan kesiapsiagaan rakyat Indonesia, pada tanggal 14 September 1944
dibentuklah Barisan Pelopor, sebagai bagian dari Jawa Hokokai.Barisan pelopor ini merupakan organisasi pemuda
pertama di masa penjajahan Jepang yang dibimbing langsung oleh kaum nasionalis
Indonesia. Pimpinan organisasi dipegang
oleh Ir. Soekrno dibantu oleh R.P. Suroso, Oto Iskandardinata, dan
Buntaran Martoatmojo.
5.
Kebijakan
Jepang di Bidang Agama
Indonesia
merupakan masyarakat yang dominan beragama Islam,dan bisa kita lihat dari
Sabang sampai Merauke. Awal masuknya Jepang ke Indonesia,sebagai contoh Jepang
juga pernah masuk ke Aceh yang merupakan pusat dari agama Islam.Awal pendudukan
Jepang diIndonesia khususnya Aceh ini, memberikan harapan kebahagiaan rakyat
Aceh yang akan menghormati agama Islam.
Namun
pada kenyataannya ,setelah Jepang berhasil menduduki Indonesia semua janji yang
diucapkan di ingkarinya dan mulai bersikap keras. Harapan rakyat terhadap
Jepang yang semula bersemi mulai sirna.Tidak ada lagi harapan bahwa Jepang akan
menjadi pembela rakyat dan pelindung agama Islam.Karena Jepang sendiri beragama
Sinto,yang memperbolehkan memakan babi,sementara
dalam ajaran Islam sangat dilarang.Selain itu, Jepang juga menginstruksikan
seluruh rakyat harus menunduk kearah matahari terbit yang disebutnya upacara Seikeire, sebagai tanda hormat kepada
kekaisaran Jepang,dimana itu juga bertentangan dengan ajaran Islam sendiri
6.
Kebijakan
di Bidang Ekonomi
Untuk
memenuhi kebutuhan perang Jepang dan industrinya, maka Jepang melakukan
eksploitasi terhadap sumber kekayaan alam Indonesia. Kekayaan alam yang diambil
Jepang dari hasil menguras kekayaan alam Indonesia ini hanya untuk kepentingan
perang Jepang tanpa memperhatikan kesejahteraan rakyat. Sebagai dampak dari
eksploitasi besar-besaran sumber kekayaan alam Indonesia adalah kesengsaraan
rakyat Indonesia berupa kekurangan sandang, pangan serta menderita kemiskinan.
Rakyat hidup serba kekurangan , kelaparan karena sumber makanan diangkut Jepang
untuk konsumsi tentaranya. Untuk pakaianpun rakyat menggunakan bahan yang tidak
layak pakai seperti goni yang keras dan kasar. Hal in terjadi karena kapas yang
seharusnya dijadikan kain atau pakaian ternyata dibawa ke Jepang untuk diolah
demi kepentingan Jepang itu sendiri.
Hal-hal
yang diberlakukan dalam sistem pengaturan ekonomi pemerintah Jepang adalah
sebagai berikut:
- Kegiatan ekonomi diarahkan untuk kepentingan perang maka seluruh potensi sumber daya alam dan bahan mentah digunakan untuk industri yang mendukung mesin perang.
- Jepang menyita seluruh hasil perkebunan, pabrik, bank dan perusahaan penting.
- Banyak lahan pertanian yang terbengkelai akibat titik berat kebijakan difokuskan pada ekonomi dan industri perang. Kondisi tersebut menyebabkan produksi pangan menurun dan kelaparan serta kemiskinan meningkat drastis.
- Jepang menerapkan sistem pengawasan ekonomi secara ketat dengan sanksi pelanggaran yang sangat berat. Pengawasan tersebut diterapkan pada penggunaan dan peredaran sisa-sisa persediaan barang.
- Pengendalian harga untuk mencegah meningkatnya harga barang.
- Pengawasan perkebunan teh, kopi, karet, tebu dan sekaligus memonopoli penjualannya.
- Pembatasan teh, kopi dan tembakau, karena tidak langsung berkaitan dengan kebutuhan perang.
- Monopoli tebu dan gula, pemaksaan menanam pohon jarak dan kapas pada lahan pertanian dan perkebunan merusak tanah.
- Menerapkan sistem ekonomi perang dan sistem autarki (memenuhi kebutuhan daerah sendiri dan menunjang kegiatan perang). Konsekuensinya tugas rakyat beserta semua kekayaan dikorbankan untuk kepentingan perang. Hal ini jelas amat menyengsarakan rakyat baik fisik maupun material.
Selain
memeras hasil bumi Jepang juga mengerahkan tenaga rakyat yang dilatarbelakangi
oleh terdesaknya Jepang dalam perang dunia ke II melawan tentara Sekutu,dan
Jepang sudah pasti memerlukan banyak sarana dan prasarana untuk itu.Maka
dipergunakanlah tenaga manusia untuk melakukan kerja paksa(tanpa dibayar) yang
kita kenal dengan sebutan romusha. Romusha merupakan kerja paksa yang
dikerahkan Jepang dengan tujuan untuk membangun sarana dan prasarana
kepentingan Jepang,serta objek-objek vitalnya,seperti :
·
Membangun jalan, lapangan
terbang, goa-goa untuk tempat persembunyian,benteng-benteng,kubu pertahanan dan
rel kereta api.Selain itu rakyat Indonesia juga diperintahkan untuk membangun
jalan raya,sejauh 70 km bahkan lebih dari 150 km.
Pada
tahun 1944, kondisi politis dan militer Jepang mulai terdesak, sehingga
tuntutan akan kebutuhan bahan-bahan perang makin meningkat. Untuk mengatasinya
pemerintah Jepang mengadakan kampanye penyerahan bahan pangan dan barang secara
besar-besaran melalui Jawa Hokokai
dan Nagyo Kumiai (koperasi pertanian),
serta instansi resmi pemerintah. Rakyat dibebankan menyerahkan bahan makanan
30% untuk pemerintah, 30% untuk lumbung desa dan 40% menjadi hak pemili
Dampak
Positif Kebijakan Jepang
- Diperbolehkannya bahasa Indonesia untuk menjadi bahasa komunikasi nasional dan menyebabkan bahasa Indonesia mengukuhkan diri sebagai bahasa nasional.
- Dalam bidang ekonomi didirikannya kumyai yaitu koperasi yang bertujuan untuk kepentingan bersama.
- Mendirikan sekolah-sekolah seperti SD 6 tahun, SMP 9 tahun, dan SLTA
- Pembentukan strata masyarakat hingga tingkat paling bawah yaitu rukun tetangga (RT) atau Tonarigumi
- Diperkenalkan suatu sistem baru bagi pertanian yaitu line system (sistem pengaturan bercocok tanam secara efisien) yang bertujuan untuk meningkatkan produksi pangan.
- Dibentuknya BPUPKI dan PPKI untuk mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. Dari sini muncullah ide Pancasila.
- Jepang dengan terprogram melatih dan mempersenjatai pemuda-pemuda Indonesia demi kepentingan Jepang pada awalnya, namun oleh pemuda hal ini dijadikan modal untuk berperang.
- Dalam pendidikan dikenalkannya sistem Nippon sentris dan diperkenalkannya kegiatan upacara dalam sekolah.
Dampak
Negatif Kebijakan Jepang
- Penghapusan semua organisasi politik
- Romusha yang sangat menyengsarakan rakyat
- Krisis ekonomi yang sangat parah : hal ini dikarenakan dengan disalurkannya uang pendudukan secara besar-besaran sehingga menyebabkan terjadinya inflasi.
- Pembatasan pers sehingga tidak ada pers yang independen, semuanya dibawah pengawasan Jepang.
- Terjadinya kekacauan situasi dan kondisi yang parah seperti perampokan, pemerkosaan dan lain-lain.
- Pelarangan terhadap buku-buku berbahasa Belanda dan Inggris yang menyebabkan pendidikan yang lebih tinggi terasa mustahil.
- Banyak guru-guru yang dipekerjakan sebagai pejabat-pejabat pada masa itu yang menyebabkan kemunduran standar pendidikan secara tajam.
KESIMPULAN
Awal
masa pemerintahan Jepang di Indonesia dimulai dengan adanya penyerahan tanpa
syarat oleh Belanda yang ditandai dengan perjanjian Kalijati pada tanggal 9
Maret 1942. Jepang mulai menaruh kekuasaannya dengan berbagai kebijakan yang
mengikat seluruh rakyat Indonesia. Awalnya kebijakan-kebijakan yang membawa
dampak negative bagi rakyat itu tidak terlihat, karena pada awalnya Jepang
datang ke Indonesia menampakkan sisi baiknya dengan memberi simpati kepada
rakyat. Dengan berbagai cara seperti memperbolehkan rakyat Indonesia untuk
mengibarkan bendera Merah Putih, menyanyikan lagu kebangsaaan Indonesia Raya,
dan memperbolehkan menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa sehari-hari.
Namun
kebijakan mereka yang menjadi simpati rakyat tidak bertahan lama.Lambat laun,
kebijakan mereka tak kalah berat dengan kebijakan yang dibuat oleh pemerintahan
Belanda. Seperti yang telah dibahas diatas, Jepang telah membuat
kebijakan-kebijakan di berbagai bidang. Kebijakan-kebijakan itu banyak membawa
pengaruh negative bagi rakyat Indonesia sendiri.
Adanya
praktek romusha, yang mengakibatkan
penderitaan rakyat karena kerja paksa yang mereka lakukan. Penyerahan bahan pangan
maupun hasil pertanian kepada pihak Jepang secara paksa, yang menyebabkan
rakyat menderita dan banyak yang mati karena kelaparan, kemiskinan, dan wabah
penyakit.
Kemudian
di bidang keagamaan, Jepang juga bertindak sewenang-wenang. Mereka
mengintruksikan kepada rakyat agar mereka mau menunduk kearah matahari terbit
(upacara Seikeire) sebagai tanda
penghormatan kepada kekaisaran Jepang, dimana ajaran ini bertentangan dengan
ajaran penduduk Indonesia, yang mayoritas beragama islam.
Namun,
kebijakan yang ditetapkan oleh Jepang tidak selalu membawa dampak negative,
ditemui juga dampak positif yang dapat diambil, diantaranya:
Rakyat Indonesia
dapat merasakan indahnya bangku pendidikan, yang pada pemerintahan Belanda
tidak dapat dirasakan, karena pada waktu itu Belanda membatasi derajat
orang-orang yang ingin sekolah. Jepang membawa budaya kesopanan yang tinggi,
mereka mengajarkan kepada rakyat Indonesia untuk selalu menghormati orang yang
lebih tua. Selain itu, dengan dimasukkannya para pemuda Jepang ke berbagai
organisasi militer, mereka menjadi belajar dan sedikit tahu tentang dunia
militer dan perang.
SUMBER
- http://fernadrewbieber.blogspot.com/2013/12/pengaruh-kebijakan-pemerintah.html
- http://sejarahnasionaldandunia.blogspot.com/2013/03/kebijakan-pada-masa-pendudukan-jepang.html
- http://sejarah-negara.com/kebijakan-pada-masa-pendudukan-jepang.html
- http://vhiblues.blogspot.com/2013/03/kebijakan-pemerintahan-jepang-dan.html
- http://penasejarah.com/kebijakan-masa-pendudukan-jepang-di-indonesia/
Comments
Post a Comment